Kota Batu
Pembangunan di Kota Batu Tak Pedulikan Ekologi
Memontum Kota Batu — Peringati Hari Bumi, Komunitas Nawakalam Gemulo tak hentinya menyoroti eksploitasi secara berlebihan hingga menimbulkan masalah-masalah ekologis di Kota Batu. Terbukti yakni turunnya daya dukung lingkungan yang mengakibatkan bencana alam seperti longsor, banjir, perubahan iklim yang tidak teratur, bahkan hilangnya sumber mata air.
Dalam satu dawasarsa terakhir, ungkap Pradipta Indra Ariono perwakilan Nawakalam Gemulo, penurunan daya dukung lingkungan terjadi. Penurunan daya dukung lingkungan yang terjadi diakibatkan perubahan status Kota Batu dari kultur yang agraris menjadi kota pariwisata. Banyaknya pembangunan wisata dan industri di Kota Batu membuat hilangnya sumber mata air hingga 50 persen.
“Naiknya suhu di Kota Batu sehingga tidak lagi menyimpan udara yang sejuk, kemacetan yang terjadi akibat wisatawan berdatangan dan masih banyak kerusakan-kerusakan diakibatkan pembangunan yang tidak memperhatikan sisi ekologis, ” keluhnya, Minggu (22/4/2018).
Keluhan pegiat lingkungan ini dibuktikan dengan menggelar acara ‘Ngeresiki Bumi’, warga serta komunitas Nawakalam Gemulo mengawali acara dengan kerja bakti. Area sumber dibersihkan dari semak belukar dan sampah. Beberapa tembok juga dicat ulang agar terlihat sedap dipandang. Usai kerja bakti, digelar doa bersama dengan tumpengan adat Jawa. Doa dipimpin langsung sesepuh desa.
” Tujuan momen peringatan hari bumi ini kami lakukan sebagai wujud syukur atas alam yang masih bisa menghidupi. Kami juga mendo’akan bagi mereka yang telah mengeksploitasi lingkungan demi kepentingan segelintir agar segera sadar,” kata Pradipta.
Bukan hanya itu, doa juga memohon kepada Sang Pencipta agar warga Kota Batu semakin kuat melestarikan lingkungan. Sebab, hal ini juga sebagai warisan untuk anak -cucu kelak. Memohon agar Tuhan terus memberikan kesadaran betapa sangat berharganya alam dan sumber air di Kota Batu.