Kabar Desa

Peringati HUT ke-77 RI, Koramil Batu Gelar Sarasehan dan Berbagi Pengalaman

Diterbitkan

-

Peringati HUT ke-77 RI, Koramil Batu Gelar Sarasehan dan Berbagi Pengalaman

Memontum Kota Batu – Keluarga besar Koramil/02 Kodim 0818 Kabupaten Malang-Batu memperingati HUT ke-77 Republik Indonesia dengan menggelar acara silaturahmi dan diskusi dengan para tokoh perjuangan (veteran), purnawirawan TNI serta elemen masyarakat Kota Batu, Rabu (24/08/2022) malam.

Komandan Koramil Kota Batu, Kapten Inf Didik Hartono, mengatakan bahwa peringatan HUT ke-77 Republik Indonesia sengaja di kemas dengan acara diskusi untuk merefleksikan makna kemerdekaan sejati. “Kemerdekaan Indonesia yang ke 77, kita bersama komponen bangsa melaksanakan doa bersama lintas agama. Ada makna dari angka tujuh yang terkandung dalam peringatan kemerdekaan kali ini. Tujuh doa dari lintas agama (Islam, Kristen protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu serta aliran kepercayaan), tujuh sumber mata air merupakan refleksi dari tujuh keinginan mencapai langit ketujuh yaitu alam keabadian sebagai puncak kehidupan,” ujarnya.

Selesai doa bersama, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi untuk merefleksikan tentang kemerdekaan Indonesia. Di mana kemerdekaan itu, dapat terlaksana hanya dengan ridho Allah SWT melalui perjuangan tokoh bangsa pada waktu itu.

Selain itu, untuk memupuk rasa cinta kepada negara dan bangsa, Koramil Batu juga menghadirkan nara sumber dari mantan anggota ISIS sekaligus mantan narapidana teroris (napiter), Syahrul Munif, untuk menyampaikan pengalamannya bahwa mencintai negara itu merupakan bagian dari pada ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Advertisement

“Negara yang besar adalah negara yang menghargai jasa para pahlawannya. Oleh sebab itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus selalu menanamkan rasa cinta kepada tanah air dengan berusaha mengamalkan Pancasila. Sebab di dalam Pancasila, terkandung seluruh unsur kehidupan dan kewajiban kita pada Tuhan maupun sesama manusia,” ujarnya.

Syahrul Munif dalam testimoninya juga menceritakan perjalanan hidupnya saat ikut di dalam ISIS dan berangkat ke Suriah, untuk misi sosial yaitu mengirimkan donasi bantuan namun malah terjebak pada doktrin kelompok radikal. “Saya awalnya adalah anak yang lumayan pintar pada waktu usia sekolah. Saya berangkat dari keluarga yang lumayan, karena untuk usia sekolah lanjutan, saya sudah bisa menikmati 7 kali ganti sepeda motor. Lalu saya kuliah di Universitas Merdeka Malang dan mengambil Jurusan Hukum dan lulus,” ujar Munif.

Baca juga :

Singkat cerita, dalam perjalanan mencari jati diri, dirinua mulai tumbuh menjadi pribadi yang anti dengan Indonesia. Dan akhirnya, lebih memilih jalan untuk memerangi bangsanya sendiri dengan bergabung bersama kelompok radikal. Karena itulah, dia berangkat ke Suriah untuk ikut berlatih disiplin militer di sana.

Digambarkan pula oleh Munif, bahwa di sana dalam kurun waktu sebulan, sudah bisa menggunakan senjata api AK 47 dan mampu membuat bom. “Setelah sebulan di Suriah, saya sudah mampu menggunakan senjata AK 47 dan bahkan mengutak-atiknya. Tidak hanya itu, saya pun mampu merakit bom bahkan lebih gampang daripada membuat layang-layang,” jelasnya.

Advertisement

Tetapi setelah di Suriah selama 7 bulan, Syahrul merasa keputusan yang diambil untuk membantu ISIS, adalah keputusan yang salah. Sebab, setiap hari harus membunuh orang yang tidak sepaham dengan kelompok ISIS dan dianggap kafir dan wajib untuk dibunuh.

“Akhirnya saya izin untuk kembali ke Indonesia. Tidak gampang pulang, karena resikonya adalah nyawa. Tetapi, karena mungkin Allah memberikan hidayah kepada saya, sehingga bisa kembali. Dengan beralasan pulang untuk menjemput anak beserta istri, saya pun diberikan izin,” ujarnya.

Setelah kembali ke tanah air, Syahrul hidup seperti pelarian karena selalu berpindah tempat dan melakukan penyamaran. “Tapi Allah SWT, masih sayang sama saya. Karena saya akhirnya tertangkap dan mendekam dalam penjara. Saya divonis 3.5 tahun dan mendekam di tahanan Mako Brimob, sampai dengan adanya kerusuhan dan akhirnya saya dipindahkan ke Nusa Kambangan,” ujarnya.

Di dalam penjara itulah, ujarnya, seorang Syahrul Munif mendapatkan hidayah Allah untuk kembali kepangkuan Ibu Pertiwi dan sekarang banyak diundang untuk menyampaikan bahwa keberagaman itu adalah anugerah yang patut disyukuri. Sebab hanya ada di Indonesia, dengan berbagai bangsa bisa hidup rukun dalam satu negara. (bir/gie)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas