Politik
Persaingan Memanas, Uang Tetap Menjadi Penentu
Jelang Pilkada 2020
Memontum Gresik – Pemilihan Bupati (Pilbup) Kabupaten Gresik 2020 yang akan digelar pada 9 Desember mendatang mulai memanas. Hal tersebut terlihat pada beberapa parpol saat berdeklarasi memberikan dukungan pada calonnya masing masing beberapa hari lalu. Diantaranya Partai Amanat Nasional, Parti Golkar dan Relawan Gerakan Sosial (RGS).
Ratusan pengurus baik struktur organisasi maupun organisasi sayap juga hadir, bahkan mereka dikenalkan calon pasangan pemimpin Gresik kedepan pasangan H.Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) dan Cawabup Hj. Aminatun Habibah (Bu Min) dan pasangan Cabup Moh Qosim dan Cawabup Asluchul Alief Maslihan (QA) yang diusung oleh partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Gerindra.
Menurut analisa wartawan salah satu koran harian di Jatim dan sekaligus Ketua Komunitas Wartawan Gresik (KWG), Syuhud Almanfaluty, baik tren dan kenaikan elektabilitas para calon tidak terlepas dari peran serta financial.
Menurut Syuhud, panggilan Ketua KWG, uang akan tetap menjadi penentu di pemilihan Calon Bupati dan Calon wakil Bupati Gresik, 9 Desember. Di atas kertas sampai hari ini pasangan Cabup Moh Qosim dan Cawabup Asluchul Alief Maslihan (QA) yang diusung oleh partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Gerindra masih unggul elektabilitasnya. Kekuatan politik Qosim sebagai incumbent (Wakil Bupati Gresik) selama dua periode atau sepuluh tahun bersama Bupati Sambari Halim Radianto yang saat ini masih menjabat telah bersentuhan langsung dengan masyarakat melalui program program pemerintahanya.
Namun, lanjut Syuhud, saat ini pasangan Fandi Akhmad Yani dan Aminatun Habibah (Niat) yang resmi diberangkatkan oleh partai koalisi Golkar, Nasdem, Demokrat dan PAN itu juga mengalami peningkatan elektabilitas meski belum signifikan.
“Saat ini elektabilitas Qosim berkisar 50 persen, sedangkan Yani berkisar 30 persen. Namun seiring dengan perjalananya, elektabilitas Yani trenya naik. Dan elektabilitas Qosim juga mengalami penurunan meski tidak signifikan karena ada tarik ulur di lingkungan pemilih perempuan. Kita tunggu saja karena dengan sisa waktu yang ada apapun masih bisa terjadi. Contohnya dalam kasus Pilkada Jatim tahun lalu. Tiba tiba Anas yang digandengan dengan Gus Ipul tiba tiba rontok di tengah jalan. Karena tersandung masalah moralitas. Makanya apapun masih bisa terjadi,” ujar Syuhud, Selasa (4/8).
Saat ini kata dia, dua partai yakni PDIP dan PPP juga masih menunggu rekomendasinya jatuh ke pasangan siapa. Misalkan PDIP menurutnya akan tetap mengambil posisi politik di Gresik se-setrategis mungkin. Karena PDIP saat ini adalah partai penguasa yang tentu memiliki banyak kepentingan. Mereka harus memiliki bupati atau minimal mendukung partai yang berpotensi memenangkan kontestasi di Gresik.
“Saat ini adalah eranya PDIP untuk memiliki bupati di Gresik. Karena Gresik memiliki banyak industri yang cukup bagus kedepannya. Misalkan JIIPE. Kapanjangan tangan politik melalui kekuasaan. Karenanya untuk memutuskan PDIP mendukung siapa masih menunggu tren politik menjelang dan sebelum pencoblosan,” ungkapnya.
Ditegaskan Syuhud, ada yang menarik dalam percaturan pilbup di Gresik tahun ini. Biasanya kubu incumbent pada pertarungan Pilbup dua periode yang lalu, selalu memborong partai, tapi saat ini hanya dua partai, yakni PKB dan Gerindra. Dan sampai hari ini kubu incumbent juga belum menurunkan dananya untuk menghimpun kekuatan.
“Justeru yang sudah mengeluarkan jurusnya pasangan Niat. Misalnya memberangkat haji juara MTQ Nasional. Memborong partai dan banyak lagi yang mungkin tidak perlu disebutkan. Partai yang berbondong bondong ke Yani itu bukan gerakan sosial, tetapi ini adalah pertarungan politik. Tentu tidak mungkin tanpa baiaya, karena Yani adalah kader PKB. Sedangkan kubu incumbent gebrakan politiknya tidak seperti sepuluh tahun yang lalu. Mereka dulu partai diborong semua. Saat ini nampaknya mereka menghitungnya hingga matang. Dan atau PDIP dan PPP akan berlabuh ke Qosim ? Kita belum tahu,” tuturnya.
Terkait dengan rekomendasi yang saat ini dipegang masing masing calon masih dalam tarap rekomendasi yang belum final. Sewaktu waktu kemungkinan kemungkinan masih bisa berubah ubah. Politik menurutnya sangat bergantung kepada ketebalan dana dan elektabilitas calon. Karena mesin partai dibutuhkan, dana juga dibutuhkan.
“Jika Qosim mampu mempertahankan ritme politik dan elektabilitasnya kemungkinan rekomendasi berubah sangat kecil. Nah, untuk rekom berubah ke Yani juga sangat kecil. Tolok ukurnya saat ini Yani telah dilengserkan oleh partai dari jabatanya sebagai Ketua DPRD Gresik yang digantikan oleh Abdul Qodir yang sebelumnya sebagai ketua Fraksi PKB. Bahkan nasib Yani tinggal menunggu PAW saja sebenarnya. Sedangkan terkait dengan dukungan partai politik. Partai boleh banyak, tetapi jika penggerak mesin partai tidak ada maka akan jadi amburadul. Misalnya uang ada tetapi tidak tepat sasaranya juga akan menjadi lumpuh pergerakan politiknya. Tentu yang paling menentukan adalah dana dan soliditas tim pemenangan yang tidak hanya sukses mengantongi uangnya tetapi benar benar turun orang dan uangnya sehingga menyentuh di akar rumput. Itulah yang akan menjadi pemenangnya,” pungkasnya.(sgg/ono).