Berita
Sambangi Kampung Langganan Banjir Cemengbakalan, BHS Siapkan Normalisasi Sungai dan Saluran Air
Memontum Sidoarjo – Perhatian Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) terhadap sejumlah desa yang menjadi langganan banjir saat musim hujan cukup serius. Hal ini dibuktikan saat BHS menyambangi kampung langganan banjir Dusun Bakalan, Desa Cemengbakalan, Kecamatan Sidoarjo yang merupakan salah satu daerah rawan banjir.
Bahkan saat menyambangi kampung rawan banjir itu, BHS menyiapkan sejumlah program untuk mengatasi masalah tahunan langganan banjir. Selain menyiapkan program menormalisasi sejumlah sungai yang kondisinya sudah mulai dangkal juga bakal menormalisasi sejumlah saluran air yang ada di pinggir jalan raya agar lancar menuju kanal-kanal (sungai) pembuangan.
Berdasarkan datanya, sejumlah desa langganan banjir itu tersebar di sejumlah wilayah kecamatan. Diantaranya di Kecamatan Sidoarjo ada 4 desa. Diantaranya Desa Magersari, Sumput, Cemengbakalan, dan Desa Sarirogo. Kemudian di Kecamatan Jabon ada 5 desa. Diantaranya Desa Kupang, Tambak Kalisogo, Kedungrejo, Semambung dan Desa Kedungpandan. Tidak hanya itu di Kecamatan Prambon juga ada Desa Bulang yang menjadi langganan banjir serta di sejumlah wilayah desa di Kecamatan Tarik dan Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Waru serta sejumlah desa di Kecamatan Porong.
“Seharusnya Desa Cemengbakalan ini tidak boleh banjir. Apalagi warganya cukup padat. Apalagi berdekatan dengan kanal sungai yang cukup besar. Seharusnya pembuangan air lancar dan tidak menggenangi jalan raya maupun pemukiman warga,” ujar Bambang Haryo Soekartono, Rabu (14/07/2020) usai berkeliling melihat kondisi saluran air di Desa Cemengbakalan didampingi sejumlah Ketua RT.
Saat melihat kondisi lapangan, kata pria yang akrab dipanggil BHS itu menjelaskan hasilnya didapat fakta jika saluran air di desa itu kondisinya kurang dalam dan sangat sempit. Akibatnya, saat musim penghujan, air dari saluran meluber ke jalan desa dan pemukiman warga setempat.
“Sebenarnya sudah ada saluran air. Hanya saja, kurang besar dan kurang lebar. Sehingga saluran air ini perlu direvitalisasi. Kalau saya diamanahi sebagai bupati Sidoarjo, ini akan jadi program prioritas saya. Apalagi ini masih wilayah perkotaan dan warganya cukup padat,” imbuhnya.
Alumnus Perkapalan ITS Surabaya ini menguraikan dengan adanya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) APBD Tahun 2019 terutama di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumberdaya Air (PUBM-SDA) Pemkab Sidoarjo yang mencapai Rp 288 Miliar, seharusnya masalah banjir di Desa Cemengbakalan bisa ditangani dengan baik. Begitu juga dengan langganan banjir di sejumlah desa lainnya. Karena itu, bagi BHS pihaknya bakal memaksimalkan penggunaan anggaran agar tidak ada Silpa yang cukup tinggi terutama untuk pembangunan Sidoarjo
“Kalai nanti saya dimanahi sebagai Bupati Sidoarjo, saya bakal menuntaskan sejumlah wilayah dan belasan desa yang menjadi langganan banjir. Termasuk yang ada di wilayah Jabon dan kota Sidoarjo,” tegasnya.
Mantan anggota DPR RI periode 2014 – 2019 ini mengaku selain ingin membenahi saluran air di wilayah langganan banjir, juga bakal melakukan normalisasi sejumlah sungai yang kondisinya sudah mulai mengalami pendangkalan. Salah satunya sungai yang ada di wilayah Desa Cemengbakalan itu. Menurutnya, sungai ini butuh dinormalisasi. Apalagi, saat dalam kondisi normal, air sungai sudah di atas permukaan jalan. Hal ini harus diselesaikan.
“Selayaknya ke depan, tidak ada lagi wilayah di Sidoarjo yang menjadi langganan banjir. Saat banjir terjadi, bakal menganggu semua aktifitas masyarakat, termasuk menganggu produktifitas dan pertumbuhan ekonomi di Sidoarjo. Selain pemukiman, Sidoarjo juga wilayah industri. Apalagi bisa dimanfaatkan untuk aliran air persawahan agar produktifitas padi bisa panen 3 kali setahun untuk mendukung swasembada pangaj,” jelasnya.
Sementara salah satu tokoh masyarakat yakni Ketua RT 16 RW 04 Dusun Bakalan, Desa Cemengbakalan, Sunyoto mengaku di desanya selalu menjadi banjir saat musim penghujan. Bahkan ada 4 RT yang menjadi langganan banjir.
“Meski banjirnya hanya sehari bisa surut, tapi banjir membuat warga susah. Kami ingin kalau musim hujan tidak ada banjir lagi. Kalau banjir, terkadang ketinggian air mencapai 30 sentimeter hingga masuk ke rumah-rumah warga di 4 RT langganan banjir,” tandasnya. Wan/yan