Surabaya
Tarik Minat Baca Anak Lewat Edukasi Dongeng
Memontum Surabaya – Tingkat minat baca anak terancam terus tergerus seiring perkembangan teknologi. Ini disikapi Sekolah Dasar (SD) Kristen Dharma Mulya Surabaya. Untuk menanamkan minat baca ke siswa, sekolahan tersebut menghadirkan pendongeng. Siswa dilibatkan langsung dalam baca buku dan dongeng.
Tim Pendongeng dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya adalah pihak yang mengisi materi. Tim itu membawakan dongeng tentang persahabatan dengan mengajak siswa kelas satu dan dua berinteraksi secara langsung. Ini karena setiap anak-anak banyak memiliki sosok sahabat.
Handoko, akrab disapa Kak Han adalah salah satu pendongeng. Dia memilih tema lingkungan untuk anak-anak. Seperti pentingnya merawat pohon yang ada di lingkungan masing-masing, juga dampaknya jika pohon-pohon ditebang.
Dengan mengajak siswa kelas tiga dan empat untuk menjadi pohon, hal ini dilakukan agar anak-anak penerus bangsa tertanam di jiwanya akan pentingnya merawat pohon.
Menurut Handoko, sebenarnya jika mendongeng tidak boleh langsung memberi tahu soal pesan moralnya. Tetapi dengan berinteraksi secara langsung terlebih dahulu, maka anak-anak secara tidak langsung mendapatkan pesan moral tanpa diutarakan.
“Tujuannya mentreatment mereka (anak-anak) agar mencintai lingkungan, cinta pada tanaman dan pohon-pohon yang ada di sekitar. Karena tumbuhan sangat penting untuk menjaga kondisi bumi,” urainya.
Sementara itu, Etty Yuliani Direktur Yayasan Pendidikan Dharma Mulya Surabaya mengatakan jika tujuannya mengundang tim pendongeng untuk memberikan edukasi terhadap murid agar gemar membaca buku. Karena setiap orang yang mendongeng pasti membaca buku.
“Dengan mendongeng membuat anak berani berkomunikasi dengan orang lain. Dan pasti dari dongeng diharapkan banyak pesan-pesan moral yang bisa d tangkap anak-anak dan bisa dilakukan dalam kehidupannya,” ucapnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari salah satu kegiatan yang dilakukan perpustakaan SD Kristen Dharma Mulya, supaya anak-anak tidak memiliki pemikiran bahwa perpustakaan itu tempat untuk membaca harus diam, tidak. Tapi Etty berharap agar perpustakaan bisa menjadi tempat berekspresi, tempat mereka membuat puisi, bercerita, melakukan dialog, diskusi.
“Jadi perpustakaan yang dulunya membosankan, sekarang bisa menjadi tempat bermain, sumber belajar yang menyenangkan. Tanpa disadari melalui dongeng mereka menangkap pesan-pesan tertentu yang bisa mereka terapkan di kehidupan sehari-hari. Berani berpendapat, menjadi seorang yang berani berbicara juga meningkatkan minat baca,” tutupnya. (est/ano/yan)