Blitar
Terjerat Kasus Korupsi Rp 489 Juta, Mantan Bendahara Desa di Blitar Ditangkap di Malang
Memontum Blitar – Mantan bendahara Desa Tuliskriyo, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, Yesi Ernawati, diamankan petugas Satreskrim Polres Blitar Kota. Wanita berusia 41 tahun tersebut, diduga menyelewengkan Dana Desa (DD) sebesar Rp 489.600.150.
Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono mengatakan, Dana Desa (DD) yang diselewengkan adalah pencairan tahun 2018. “Pada bulan Juli tahun 2018, Desa Tuliskriyo menerima pagu anggaran DD tahap II dengan total anggaran Rp 797.107.400. Namun oleh tersangka yang direalisasikan sesuai APBDes hanya beberapa kegiatan saja dengan anggaran sekitar Rp 307.507.250,” kata AKBP Argowiyono, Senin (21/03/2022).
Argowiyono menambahkan, yang bersangkutan saat itu menjabat sebagai bendahara Desa Tuliskriyo. Pelaku sempat kabur selama dua tahun yaitu pada 2019 sampai tahun 2021. Pelaku berhasil ditemukan di Malang setelah petugas kepolisian menggunakan pendataan melalui biometrik retina mata dengan alat bernama Mobile Automatic Multi Biometric Identification System (MAMBIS).
“Informasi sebelumnya yang bersangkutan tidak menggunakan cadar. Namun waktu kita temukan di Malang, pelaku memakai cadar sehingga kita data melalui biometrik retina mata dengan Mobile Automatic Multi Biometric Identification System,” jelasnya.
Baca juga :
- Pj Wali Kota Malang Terima Kunjungan Studi Lapangan Peserta Pelatihan Kepemimpinan Kemendagri
- Antisipasi Sengketa Aset, BKAD Sebut Perlunya Kesadaran dan Pelibatan Masyarakat
- Sosialisasi Perubahan Permendagri Soal BMD dan Aset, Pj Wali Kota Malang Ingatkan Kehati-hatian dan Tertib
- Plt Bupati Malang bersama Kemenkes Launching Integrasi Layanan Primer untuk 39 Puskesmas
- Sukses Hantarkan Penghargaan Kabupaten Malang Berpredikat ODF, Dinkes Ganti Program Jambanisasi
Sementara berdasarkan pengakuan pelaku Yesi Ertawati, dia menggunakan uang tersebut untuk menutup pertanggung jawaban penggunaan anggaran DD tahun 2017. Pelaku juga mengaku, bahwa selama ini dirinya tidak kabur, melainkan ikut suaminya pulang ke Kalimantan.
“Namun sesampainya di Kalimantan, saya justru ditinggal kabur suami. Lalu terpaksa mencari kontrakan di Malang bersama anak saya yang masih bayi. Uang itu saya alihkan dari anggaran tahun 2018 ke 2017 untuk menutup penggunaan anggaran di tahun 2017,” jelas Yesi.
Akibat perbuatannya, Yesi Ertawati dijerat dengan Pasal 8 Undang-undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan ancaman pidana penjara minimal 3 tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000. (jar/gie)