Surabaya
Wawali Whisnu Kawal Penyehatan BUMD, Konsep PD RPH Terintegrasi Perternakan
Apakah tidak menerapkan praktik monopoli sehubungan pasokan daging ke hotel, restoran dan kafe se Surabaya? “Tidak monopoli. Ini bagian upaya menyehatkan BUMD, khususnya PD RPH. Terus, dengan daging dari BUMD, pengusaha hotel, restoran, serta kafe bisa mendapatkan harga lebih murah. System pembayaran juga bisa disepakati, bisa tempo,” tandas Whisnu.
Sementara itu, Komisi B DPRD Surabaya juga mengawasi kinerja PD RPH. Komisi yang membidangi anggaran dan keuangan itu memaklumi bahwa PD RPH mengedepankan fungsi layanan pemotongan. Karena itu retribusi tidak bisa mahal. Meski demikian Komisi B menuntut adanya terobosan untuk penyehatan.
Ini untuk menjawab besarnya operasional disbanding pendapatan. Pemasukkan per bulannya berkisar Rp23 juta namun biaya pembuangan sampah mencapai Rp500 juta per tahun. Selama ini pendapatan PD RPH dari pemotongan sekitar 150 ekor sapi, 100 ekor kambing, dan 100 ekor babi. Ini yang membuat perusahaan itu keberatan membiayai operasional, meliputi perawatan bangunan, gaji karyawan, biaya angkutan dan lainnya.
Sementara itu, sebagaibaga pernah ditulis Memo X, PD RPH Kota Surabaya selama ini melayani jasa potong hewan, yakni sapi, kambing, bahkan babi. Layanan lebih perusahaan ini adalah memeriksa kesehatan hewan sebelum dipotong. Ini untuk memastikan daging yang harus higienis dan berstandar Aman Sehat Utuh Halal (ASUH) sebagai prioritas utama PD RPH.
Teguh Prihandoko selaku Direktur PD RPH menyebut terobosan ini untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat pada jasa potong hewan. Untuk memastikan bahwa tidak ada penyakit pada hewan yang nantinya akan menular kepada manusia, terlebih dulu diperiksa langsung oleh dokter.
“Untuk memastikan pengendalian daging. Diharapkan ternak-ternak harus dipotong di RPH, karena ada dokternya. Ternak sebelum dipotong harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter hewan, kemudian disembelih juru sembelih halal di RPH, setelah dipotong dagingngnya harus diperiksa, hatinya mengandung cacing atau tidak,” kata Teguh.
Rumah Potong Hewan kini mulai dibenahi oleh Teguh, dengan membuka rumah daging. Dengan membuat rumah produksi yang menyajikan daging kemasan, sudah dipotong, dikemas dan siap diperjualkan.
“Akhirnya saya membuat rumah produksi kemasan, Midshop saya benahi untuk menjadi rumah daging. Jadi saya juga punya stok tiga ton, kalau ada yang buat gegeran, ini saya drop daging dingin,” ujarnya.
Hal ini merupakan edukasi yang dibuat Teguh mulai Januari 2017 lalu untuk masyarakat, dan sedang mempopulerkan daging ASUH dengan matarantai dingin. Selain itu, Direktur PD RPH juga sedang meletakkan pondasi, untuk masyarakat yang belum terbiasa memakan daging beku. (est/ano/yan)