Kota Malang
WTI Mbois Ilakes Pemkot Malang Mampu Tekan Angka Inflasi hingga 10 Persen
Memontum Kota Malang – Keberadaan Warung Tekan Inflasi (WTI) Mbois Ilakes yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, cukup efektif dalam menekan angka inflasi. Apalagi, beberapa bahan pokok sebelum lebaran Idul Fitri 2024, sempat mengalami lonjakan harga.
Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menyampaikan jika sampai dengan saat ini tidak ada keluhan dari masyarakat. Apalagi dari Diskopindag Kota Malang sendiri menurutnya juga terus memonitor perkembangan harga pasar.
“Alhamdulillah, tidak ada sesuatu yang membuat pedagang dan pembeli mengeluhkan kenaikan harga. Karena saat ini sudah terkendali. Selain dengan adanya WTI Mbois Ilakes, kami juga ada Gerakan Pangan Murah, Operasi Pasar dan sebagainya,” kata Pj Wali Kota Wahyu, Rabu (17/04/2024) tadi.
Sementara itu, Kepala Diskopindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi, menyampaikan bahwa dengan adanya WTI tersebut mampu menekan angka inflasi sekitar 7 sampai 10 persen. Itu tentunya, cukup memberikan pengaruh pada bahan-bahan pokok yang mengalami peningkatan harga.
“Misalkan harga barangnya itu Rp 70 ribu di pasaran, nah kita sudah bisa menurunkan harga sampai Rp 60 ribu. Tentu WTI ini sudah sangat berpengaruh terhadap harga barang. Terutama kebutuhan pokok seperti beras, bawang merah dan cabai,” kata Eko.
Baca juga :
Dengan begitu, menurutnya WTI Mbois Ilakes tersebut memiliki pengaruh yang cukup menjelang lebaran 2024 kemarin. Walaupun, prosentase penurunan inflasi di akhir tahun 2023 lebih tinggi.
“Karena saat akhir tahun 2023 itu angka inflasi Kota Malang langsung turun dibawah Nasional dan Provinsi Jawa Timur. Kalau sekarang memang diatas rata-rata dari Nasional dan provinsi. Tetapi ini semua memang pada naik. Malah provinsi lebih tinggi dari kita. Nanti akan kita intervensi lagi dalam minggu ini, insyaallah inflasi terkendali,” jelasnya.
Akan tetapi ke depan, WTI menurutnya juga harus didukung oleh program yang lain, seperti pasar murah, kios pangan, gerakan pangan murah dan operasi pasar. Tentunya harus tetap saling berkolaborasi.
“WTI itu memang untuk momen tertentu, kalau kita terus melakukan WTI kan kasihan pedagangnya. Ketika harga naik nah WTI turun, isidentil lah. Sehingga harus didukung oleh program yang lainnya juga,” imbuh Eko. (pro/rsy/sit)