Kediri
YABHYSA bersama Dinkes Kabupaten Kediri dan RS Kolaborasi Pencegahan dan Penanganan TBC
Memontum Kediri – Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) peduli TBC bersama Dinas Kesehatan Pemkab Kediri serta beberapa rumah sakit (RS) di Kabupaten Kediri, bersinergi melakukan pencegahan dan menanggulangi penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah Kabupaten Kediri. Kepedulian itu, dilakukan dengan melakukan pembahasan dan berkolaborasi, dengan mengadakan kegiatan bersama dalam rencana pencegahan dan penanggulangan di salah satu ruang di Hotel Kota Kediri, Selasa (24/01/2023) tadi.
Sekedar diketahui, tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Menurut Global TB Report tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia dengan kasus TBC terbanyak.
“Diperkirakan, estimasi insidensi sebesar 824.000 kasus atau 301 per 100.000 penduduk. Data Kemenkes RI per November 2021, menunjukkan bahwa capaian cakupan penemuan kasus TBC sebesar 33 persen (target 85 persen), angka keberhasilan pengobatan sebesar 76 persen (target 90 persen). Untuk itu, kami bersama yayasan peduli TBC, rumah sakit dan DPRD Kabupaten Kediri, sepakat untuk bergerak bersama dalam pencegahan dan penanggulangan TBC,” terang Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Kediri, dr Bambang, dalam pengarahan.
Baca juga:
- KPU Kota Malang Susun Persiapan Debat Pertama Paslon Pilkada Kota Malang 26 Oktober
- Perkuat Integritas Kades, Pemkab dan Kejari Probolinggo Gelar Jaksa Jaga Desa
- Presiden dan Wapres Gelar Jamuan Santap Siang bersama Sebelum Purna Tugas bersama Menteri dan Lembaga
- Tingkatkan Pembangunan Fasilitas Olah Raga, Pemkot Malang Susun Desain Olah Raga Daerah
- Resmikan Bandara Dhoho Kediri, Menko Luhut Sebut Bandara Dhoho Proyek Percontohan Pertama Skema KPBU
Staf program SSR YABHYSA peduli TBC Kabupaten Kediri, Sri Astutik, menambahkan bahwa pihaknya bersama anggota komunitas, turun ke bawah untuk memberikan pengarahan kepada keluarga penderita. Terutama, menjelaskan bahwa penderita TBC, itu bukan aib.
Hal itu dilakukan, tambahnya, karena selama ini banyak yang beranggapan jika penyakit TBC adalah aib. Termasuk, yang beranggapan bahwa TBC juga penyakit keturunan.
“Saat ini, banyak sekali keluarga penderita TBC yang merahasiakan jika ada keluarganya menderita TBC. Ibaratnya, kita seperti mencari jarum dalam jerami. Namun begitu, kita akan terus melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada warga, agar membawa penderita ke TBC ke medis,” jelas Sri Astutik.
Dirinya juga menambahkan, bahwa saat ini penderita TBC di Kabupaten Kediri, yang ingin memeriksakan diri ke Puskesmas sekitar 51 penderita. “Data yang kita catat untuk penderita TBC yang kita antar ke Puskesmas untuk berobat, masih sekitar 51. Namun, kita akan terus berkoordinasi dengan Puskesmas-puskesmas, agar jumlah penderita TBC yang sudah memeriksakan diri diketahui berapa jumlahnya. Kita akan tempatnya 2/3 relawan di Puskesmas, untuk mengetahui jumlahnya,” tambah Sri Astutik.
Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Kediri, Khusnul Arif, mengatakan jika pihaknya akan terus mendorong agar segera diterbitkan regulasi atau Perda tentang penanganan TBC. Tujuannya, agar penanganan TBC, khususnya di Kabupaten Kediri lebih maksimal.
“Kami sebagai pihak legislatif, akan segera membentuk Perda atau regulasi, agar penanganan penyakit TBC di Kabupaten Kediri, lebih maksimal. Karena kesehatan adalah hak setiap warga negara, makanya kita akan segera membentuk regulasinya,” tegas Khusnul Arif. (pan/sit)