Hukum & Kriminal
Kisah Ibu “Sekap” 4 Anak, Sejak Meninggalnya Suami, Artimunah “Berubah”
Memontum Malang – Kisah keluarga Artimunah membuat warga sekitar Jalan Diponegoro Desa Banjarejo Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang sontak prihatin. Beberapa menegaskan bahwa apa yang dilakukan Artimunah bukanlah penyekapan (yang kejam–red) dan bukan selama puluhan tahun.
Sayangnya, tidak semua warga berani menyampaikan pendapatnya saat Memontum.com mendatangi lokasi di Jalan Diponegoro Desa Banjarejo. Rumah keluarga Artimunah persis berseberangan dengan musala di Dusun setempat.
Seorang warga blak-blakan, Jumat (3/1//2020) sore menyebut jika ia diperintah seorang perangkat desa tidak memperkenankannya berbicara banyak terkait keluarga Artimunah.
Sebelumnya, Memontum.com sempat mendatangi rumah Kepala Desa Banjarejo, Suko M. “Maaf Mas, Bapak sejak tadi pagi keluar rumah,…” ungkap seorang wanita yang juga tidak berkenan memberikan nomor ponsel Suko dengan alasan ponselnya dipakai sang anak.
Namun demikian, warga sekitar rumah Artimunah berkenan bercerita walau “sedikit”. Beberapa menyatakan prihatin dan “kasihan” (bersimpati–red) atas apa yang menimpa Artimunah dan keluarganya.
“Itu bukan penyekapan Mas. Karena sempat kok, anaknya keluar rumah, nyapu-nyapu. Kalau belanja memang dia (Artimunah–red) yang keluar,” sebut seorang warga.
“Kasihan Mas sebenarnya. Dia begitu sejak suaminya meninggal, berapa tahun ya. Lamaaa,” ungkap seorang warga lain yang kemudian dipanggil istrinya untuk menghentikan ceritanya.
BACA : Ngeri ! Ibu Sekap 4 Anak Selama 20 Tahun!
Memontum.com berusaha menggali bahan lebih dalam, hingga anggota Polsek Pakis mendatangi lokasi. Dari kedatangan anggota itulah, seorang mantan RT membenarkan jika Artimunah bersikap tidak mengizinkan sang anak keluar rumah, sejak Suwarno (suami–red) meninggal dunia.
“Ada kalau dua kali pergantian kades. Sejak Pak… Pak Suko, terus Pak Suko lagi…” ungkapnya kepada anggota Babinkamtibmas Polsek Pakis. Itu berarti kurang lebih 12 tahunan, Artimunah tidak memperkenankan 4 anaknya keluar rumah.
Ada yang menyebut 4 Anak Artimunah tidak bisa keluar rumah, ada warga lain pula yang menyebut jika 4 Anak perempuan diperbolehkan keluar rumah meski tidak bisa keluar kampung.
“Anak-anaknya lulus sekolah semua Mas. SMA. Ada anaknya yang pergi ke luar negeri. Rumahnya bagus itu juga karena dibangun dari penghasilan dari luar negeri,” sebut seorang warga.
“Anak-anaknya bisa diajak komunikasi. Dia (Artimunah–red) juga bisa diajak ngobrol. Lancar. Dia tukang masak, kerjanya dimana gak paham saya. Suwarno (almarhum) dulunya petani,” ungkap warga.
Anggota Bhabinkamtibmas Polsek Pakis, kemudian menjelaskan kedatangannya ke kampung Diponegoro. Ia menjelaskan bahwa keluarga Artimunah dalam penanganan medis dan bukan terkait masalah hukum.
“Kami di sini membantu Pak, bukan berarti polisi datang, Kecamatan datang, dia (Artimunah–red) dihukum. Tidak begitu. Kami di sini membantu,” sebut anggota Polsek Pakis. Ya, 4 Anak Artimunah butuh bantuan kepedulian siapapun.
Beberapa warga sebenarnya juga ingin membantu kondisi 4 Anak Artimunah. Pasalnya sejak tidak diizinkan bebas keluar rumah, 4 Anak ini tidak dapat berinteraksi bebas dengan tetangga. Empat perempuan itu pun tidak kunjung menikah.
Bila warga hendak membantu, Artimunah kemudian “menyatu” tetangga. “Ya gimana ya Mas. Mau bantu, nanti disatru,” keluh warga. “Saya sendiri sudah pernah menyarankan agar anak-anaknya dibawa ke Malang. Tapi dia (Artimunah–red) diam saja,” sebut warga lainnya.
Anggota Polsek Pakis, selanjutnya menjelaskan jika Artimunah tidak dipenjara melainkan dibantu pihak pemerintah (termasuk Muspika Pakis, Polsek dan Koramil) untuk merawat kondisi psikologisnya. Bantuan pertama yakni dengan memeriksa kondisi kesehatan keluarga itu. (sos/tim)