Bondowoso
Guna Lebih Produktif, PMI Bondowoso diberi Pelatihan DPPKB
Memontum Bondowoso – DPPKB (Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana) memberikan pelatihan kepada pekerja migran Indonesia (PMI) di salah satu hotel di Bondowoso, Selasa (31/08) tadi. Pelatihan tersebut sengaja diberikan, agar PMI bisa lebih produktif dan bisa menjalankan usaha di rumah masing-masing, agar tidak menjadi pengangguran.
Kepala DPPKB Bondowoso, dr Agus Suwardjito, MMKes, mengatakan bahwa pelatihan ini digelar agar para migran yang pulang kampung, tidak menjadi beban keluarga. Sehingga, mereka tetap bisa produktif dan aktif.
Baca Juga:
- Rumah Sakit Tipe C Dua Lantai Bakal Berdiri di Bondowoso
- Webinar Literasi Digital di Bondowoso, Kemenkominfo Bahas Dasar Keamanan Akun Media Sosial
- Pj Bupati Bondowoso Tinjau Penyaluran Bantuan Pupuk NPK di Kelurahan Curahdami
“Bukan hanya pekerja migran saja yang dilatih. Tetapi juga untuk keluarga pekerja migran, yang sekarang masih belum pulang. Sehingga, hasil yang diperoleh selama bekerja di luar negeri, bisa dijalankan sebagai modal usaha,” kata Agus.
Mantan Direktur RSUD dr. H. Koesnadi ini berharap, agar pendapatan buruh migran selama bekerja di negeri orang, sesampainya di rumah tidak habis begitu saja. Tapi, bisa dikembangkan dengan usaha sesuai keterampilannya.
Ditambahkannya, kalau usahanya sukses, mereka tidak usah kembali menjadi buruh migran setelah pandemi Virus Corona usai. Tinggal melanjutkan usaha di kampungnya masing-masing.
Hadir dalam pelaksanaan pelatihan itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto. Dirinya mengatakan, di Jawa Timur terdapat 5.563 anak yatim piatu akibat pandemi Covid-19.
“Dari angka tersebut, 55 persen atau sekitar 3000 anak, menjadi yatim karena ayahnya meninggal dunia. Konsekwensinya, yang menjadi tulang punggung keluarganya adalah ibu,” kata Andri-sapaannya.
Oleh karena itu, lanjutnya, pelatihan ini sangat tepat, agar para buruh migran dan keluarganya bisa berketerampilan. Dengan keterampilan tersebut, bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha. Dikatakannya, para buruh migran ketika bekerja di luar negeri, meninggalkan anak-anaknya. Maka sangat diperlukan pendampingan, agar hasil bekerja di luar negeri bisa dikembangkan tidak hanya habis untuk dimakan. (sam/sit)