Kota Malang
SAE Lebih Hati-Hati dan Tidak Mau Takabur
Memontum Kota Malang — Hati-hati dan tidak ingin takabur menyikapi perkembangan dan kondisi Kota Malang saat ini. Terlebih lagi dua pesaingnya Ya’qud Ananda Qudban dan H Mohammad Anton sedang berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Menurut Sutiaji, walaupun Nanda dan Anton sedang tidak bisa berkampanye. Bukan berarti langkahnya untuk memenangkan Pilkada Kota Malang dapat diraih dengan mudah dan murah. Justru kondisi semacam ini ibaratnya api dalam sekam. Setiap saat bara apinya bisa membesar dan bisa menghanguskan seluruh benda disekitarnya.
“Rabu Maret 2018 kita tidak berkampanye. Ada istirahat sehari kita manfaatkan untuk evaluasi dan menata strategi kampanye lagi,” tegasnya.
Menurut Sutiaji yang dibutuhkan saat ini lebih serius bekerja dan tidak boleh jumawa. Kekuatan rival pilkada kota Malang justru makin berat. Banyak informasi beredar menyatakan, seolah-olah dengan penahanan KPK atas Calon Walikota Malang perjalanan paslon SAE (Sutiaji-Sofyan Edy Jarwoko) semakin mulus menuju posisi Malang Satu. Informasi semacam ini dapat membuat orang terlena dan kehilangan kewaspadaan.
“Kampanye baru separo jalan, strategi masih bisa berubah. Kondisi paslon hanya merupakan salah satu faktor pertimbangan untuk memenangkan pilkada,” sebutnya.
“Banyak faktor lain yang ikut menentukan seperti sosok Calon Wakil Walikota, program kerja yang ditawarkan, stamina yang dimiliki paslon, serta partai pendukung dan calon pemilih yang setia kepada paslon,” tambah dia.
Menyadari semua ini, paslon SAE makin memperkuat kaki untuk blusukan melihat dari dekat kondisi masyarakat dan berdialog menyaring aspirasi yang disampakan serta lebih operasional menyosialisasikan Tri Prasetya kepada publik, terutama calon pemilih. (man/yud)