Pemerintahan
Gubernur Khofifah Ajak FKUB Bangun Kehidupan Harmoni Antar Umat Beragama Melalui Dialog dan Silaturrahim
Memontum Surabaya – Berdasarkan survei PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angka intoleransi beragama di Indonesia, khususnya generasi Z (yang lahir pada tahun 1995-2010) masih cukup tinggi Yakni, untuk mahasiswa mencapai 23,3%, sementara pelajar SMA mencapai 23,4%.
Kondisi itu menjadi perhatian khusus Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Untuk mengatasi intoleransi tersebut, orang nomor satu di Jatim ini mengajak seluruh pihak, termasuk Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jatim untuk terus membangun suasana saling menghormati, saling menghargai dan saling memahami ( mutual understanding).
Jika tokoh agama baik intern maupun antar umat beragama sering berdialog dan bersilaturrahim, maka kesepahaman lebih mudah diwujudkan, akhirnya terbangun saling percaya ( mutual trust) dan saling menghormati (mutual respect).
Suasana seperti itu bisa terbangun antara lain melalui intensitas dialog secara terus menerus. Dialog hendaknya dapat di tradisikan sejak mereka masih remaja yang dalam time line generasi termasuk generasi Z.
“Ini menjadi perhatian kita, disharmoni biasanya muncul akibat kurang dialog dan kurang saling mengenal, akhirnya eksklusif. Dalam sebuah negara yang penuh kebhinekaan seperti Indonesia, maka harmoni akan terwujud jika kita berhasil mewujudkan pola hubungan yang inklusif, baik intern maupun antar umat beragama khususnya di Jawa Timur. Mari kita jaga suasana kemitraan yang harmonis (harmonious partnership) intern dan antar umat beragama di Jatim dengan melibatkan secara aktif seluruh elemen strategis , khususnya peran religious leader, seperti FKUB” kata Khofifah-sapaan akrabnya saat menerima pengurus FKUB Jatim, di Gedung Negara Grahadi Surabaya.
Khofifah mengatakan, FKUB sebagai representasi religious leader diharapkan menjadi perekat bagi harmoni umat beragama, baik intern, maupun antar umat beragama. Menurutnya, hubungan antar umat beragama di Jatim terbangun sangat baik dan harus terus dijaga agar tetap solid dan kondusif.
Selain itu, Khofifah pun mengingatkan saat ini masalah kita adalah persatuan, kesatuan dan persaudaraan. Menghadapi permasalahan diatas maka peran tokoh agama baik intern maupun antar umat beragama harus terjaga agar tidak ada ruang terhadap kemungkinan terjadinya kesalahpahaman akibat distorsi informasi khususnya melalui viralnya sosial media.
Pada posisi yang dapat menimbulkan kerentanan sosial tersebut, imbuh Khofifah, posisi FKUB sebagai representasi religious leader sangat dibutuhkan, khususnya sebagai perekat keberagaman yang tumbuh di tengah- tengan dinamika sosial politik keamanan yang berkembang.
Pemprov Jatim berkomitmen membangun kemiteraan yang harmonis di Jatim sebagaimana yang terdapat dalam Nawa Bhakti Satya, khususnya Bhakti kesembilan, yaitu Jatim harmoni.
Untuk membangun harmonious partnership di era sekarang, imbuh Khofifah, tentu tidak bisa hanya dengan mengandalkan cara-cara lama, tatap muka saja, seperti ceramah atau khotbah. Orang nomor satu di Jatim ini mengajak FKUB untuk melakukannya dengan cara ala milenial, format meme, karikatur dan narasi yang sesuai dengan nalar dan psikologis serta style milenial.
“Seperti dengan meme, karikatur, dan lain-lain. Sebab, tidak semua anak-anak muda sabar mendengar nasehat, khutbah atau ceramah,” katanya.
“Mari kita viralkan harmonious partnership ini, sebab masing-masing tokoh agama, seperti ulama, kiai, atau pendeta, mereka memiliki jamaah atau ummat yang fanatik. Jika masing-masing memiliki jamaah 100 orang, tentu yang paham hanya 100 orang. Sementara di era sekarang, dunia ini begitu mudah memberikan persepsi publik darimanapun. Jika menggunakan digital IT maka resonansinya tidak terbatas ruang maupun waktu ,” pungkasnya.
Hadir dalam kesempatan ini, Sekdaprov Jatim, Heru Tahjono, para kepala OPD di lingkup Pemprov Jatim, Ketua FKUB Jatim, Shofwan, Wakil Ketua FKUB Jatim, Hamid, serta para pengurus FKUB Jatim. (Ace/yan)