Berita
Konser Reggae Goyang Lapas Lowokwaru
Memontum Kota Malang – Alunan musik reggae terdengar merdu di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Lowokwaru Kota Malang. Para warga binaan terlihat bergoyang dalam suasana bahagia, Selasa (15/10/2019) pagi. Konser musik reggae ini digelar Komunitas Arek Reggae Malang (ARM) dan mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Hukum Nasional.
Acara dikonsep dengan kolaborasi beberapa stand makanan-minuman dan kreatifitas seni dari karta warga binaan dan beberapa komunitas. Tentunya adanya konser musik ini menambah kebahagian tersendiri bagi warga hinaan yang sehari-hharinya berada di dalam tembok LP Lowokwaru. Mereka melepaskan ekpresi kegembiraanya dengan bergoyang dan bernyanyi bersama.
Band dari warga binaan juga berunjuk kebolehan. Bahkan Kalapas Kelas 1 Malang Yudi Suseno sempat menyanyikan beberapa lagu menambah keceriaan para warga binaan. Apalagi band kebanggaan Arek Malang, dKross juga ikut hadir. Lagi Kabar Damai dan lagu Dari Malang Sampai Ke Bulan menjadi seperti magnet warga binaan untuk ikut bernyanyi bersama.
Menurut keterangan Sania Rafi Khairunisa , salah satu panitia kegiatan bahwa acara musik ini banyak dibawakan oleh Komunitas ARM dan warga Binaan Lapas Kelas 1 Lowokwaru Malang. Juga dimeriahkan dengan stand-stand. Ada beverapa karya sablon dari komunitas Sablon Malang.
” Acara ini untuk.memberi support warga binaan agar tetap semangat dan terus berkarya. Terus kembangkan potensi kreatifitas meakipun saat ini berada pada tahanan,”ujar Sania.
Stand-stand yang berada di sekitaran panggung juga cukup ramai. Stand dari karya seni Makaryoman juga menarik perhatian. Terlihat stand Kaos dari sablon cuplik, Gelang Polyester, hingga hiasan dinding bukti kreatifitas yang ada di Lapas Lowokwaru.
Kalapas kelas 1 Malang Yudi Suseno mengapresiasi acara ini. ” Kegiatan ini sangat positif untuk memberi suport dan membangkitkan semangat warga binaan untuk terus berkarya. Mereka sangat antusias dalam acara ini. Mereka menampilkan karya seni yang selama ini dibuat. Sejatinya setiap manusia kan ada potensi positifnya masing-masing,” ujar Yudi.
Harapannya setelah menjalani masa tahanan, warga binaan juga sudah memiliki kreatifitas dan keahlian positif untuk hidup ditengah-tengah masyatakat. ” Mudah-mudahan setelah mereka tau bahwa ada yang memperhatikan mereka dan memberi support, akhirnya muncul potensi-potensi positif yang mereka miliki. Dengan seni, kreasi, dan inovasi. Lebih utama, agar mereka bisa menjadi lebih baik saat usai menjalani masa tahanan. Memiliki ketrampilan dan keahlian sebagai bekal nantinya hidup bermasyarakat, ” ujar Yudi. (gie/yan)