Politik
Dinilai Langgar Regulasi, DPRD Bondowoso Akan Bentuk Pansus TP2D
Memontum Bondowoso – Ketua DPRD Bondowoso, H Ahmad Dhafir, menilai bahwa Perbup tentang Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D) dan proses pembentukan Perbup, telah melanggar Pasal 17 UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah. Keterangan itu, disampaikannya ketika menyoroti tentang pembentukan TP2D Bondowoso.
“Itu juga melanggar UU 30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan dan UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Regulasi yang dilanggar Perbup TP2D adalah PP 18/2016 tentang Perangkat Daerah,” jelasnya di Gedung DPRD Bondowoso, Senin (30/08) tadi.
Baca juga
- Kantongi 12 Penyebab dan Alasan Anak Putus Sekolah, Pj Wali Kota Malang Tekankan Intervensi Penanganan
- Dishub Kota Malang Bidik Sisi Eks Bioskop Kayutangan Heritage Jadi Titik Parkir Pengajuan Lahan
- Dekatkan Sejarah dan Budaya ke Generasi Muda, Museum Daerah Lumajang Ajak Jelajah Candi
- Panen Jagung bersama Warga Desa Pagung, TMMD Kodim Kediri juga Perbaiki Akses Jalan Sawah
- BPBD Kabupaten Kediri Sosialisasi Tanggap Bencana di Lokasi TMMD Reguler
PP tersebut, lanjutnya, telah diubah menjadi PP 72/2019, Pasal 55 Permendagri 80/2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri 120/2018 dan Pasal 17 Perbup Bondowoso 13/2013 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Mengingat banyaknya peraturan perundangan-undangan yang tidak ditaati oleh Bupati, maka Badan Musyawarah (Banmus) DPRD Bondowoso memutuskan untuk segera menindaklanjuti dengan mengagendakan Panitia Khusus (Pansus) Perbup TP2D.
Badan Anggaran (Banggar) DPRD Bondowoso, tambahnya, juga mengagendakan tindak lanjut hasil pemeriksaan lanjutan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Jawa Timur, terkait pekerjaan sistem rancang bangun kamar operasi RSU Dr. H. Koesnadi dengan Pagu Kontrak senilai Rp. 13, 461 milyar. “Banggar akan fokus pada persoalan dugaan tindak pidana dalam proses tender tersebut. DPRD sudah diundang oleh BPK Perwakilan Jawa Timur, pada hari Rabu 25 Agustus 2021”, jelasnya.
Untuk lanjutnya, ujar Ketua DPRD, akan menerima hasil audit BPKP Jatim, terkait pengadaan pekerjaan sistem rancang bangun kamar operasi RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Dari hasil pemeriksaan lanjutan oleh BPKP Jatim, dapat diketahui proses pengadaan barang dan jasa secara komprehensif serta langkah hukum terhadap dugaan pidana dalam proses tender.
Ditambahkannya, pembahasan Banggar, akan menitik beratkan pada proses perencanaan dan tender RSU. Dr. Koesnadi, atau proses sebelum Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan.
“Dalam LHP BPK jelas, PT. IWSH selaku pemenang tender Pekerjaan Sistem Integrasi Ruangan Operasi (SIRO) RSU. Dr. H. Koesnadi menyalahi aturan Perpres No 16 Tahun 2018,” jelasnya.
Diduga, lanjutnya, ada unsur persekongkolan dan niat jahat pelaku pengadaan barang/jasa (PA, PPK, Pokja Pemilihan) yang meluluskan PT IWSH yang seharusnya tidak lulus alias gugur. (sam/sit)