Kota Malang
Hompimpa, Angkat Permainan Daerah Dalam Desain Matra
Pameran Kreatifitas Mahasiswa Arsitektur UB
Memontum Kota Malang — Indonesia dikenal dengan kekayaan ragam budaya tradisional Indonesia. Salah satunya permainan tradisional dari nusantara, seperti kelereng, lompat tali, engrang, cublak2 suweng, engklek, dan lainnya. Jika menemukan permainan tersebut, tentunya bagi generasi jaman old akan membuka kenangan masa kecil. Sementara bagi generasi jaman now, sebuah hal baru rasa lampau.
Namun jika permainan tersebut dikreasikan oleh generasi jaman now, tentu akan menjadi hal menarik dalam bentuk imajiner. Seperti halnya, HOMPIMPA, ajang pameran hasil karya Desain Matra (Dwi Matra dan Tri Matra) dan gambar Arsitektur mahasiswa semester satu jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB) angkatan 2017, yang digelar di Gedung FT-UB (indoor) dan sekitar gazebo FT-UB (outdoor), selama 3 hari, (27-29/12/2017).
Mengangkat kekayaan ragam budaya tradisional Indonesia, berbagai bentuk permainan tradisional seperti kelereng, lompat tali, engrang, dan lainnya menjadi inspirasi karya mahasiswa jurusan Arsitektur UB selama semester satu. Selain skala manusia, juga ada skala model, dan skala 1:1. Instalasi arsitektur ini bersifat interaktif bagi para pengunjung, sehingga mereka dapat bermain dengan instalasi ini.
“HOMPIMPA 2017 ini merupakan ajang eksibisi tiap tahun sebagai bahan tugas akhir mahasiswa baru semester satu. Tema tiap tahun berbeda, kali ini permainan daerah. Untuk itu kami mengambil nama Hompimpa karena tiap awal permainan diawali kata itu. Ada sekitar 150 karya gambar dan 16 maket matra skala meja di indoor, serta 4 karya besar matra yang dipamerkan di outdoor. Untuk permainan outdoor memang paling banyak menarik perhatian orang yang lalu lalang di FT UB, terutama lompat tali, selain cublak-cublak suweng, ular naga, dan engklek,” jelas Rivaldi, Ketua Panitia Pelaksana, yang didampingi Wakil Panitia Rizky Adi putra, kepada Memo X.
Permainan lompat tali digambarkan dengan 4 bentangan besi sebagai tali dimana 4 bola sebagai simbol orang yang melompat di tiap bentang. Ketika bola diluncurkan, posisi bola tidak sama sebagai gambaran posisi orang yang berbeda. Pun cublak-cublak suweng ada lingkaran yang digantung tali dan terhubung rangkaian bambu tergantung. Si pemain menarik dan menggoyangkan lingkaran hingga memasuki tubuh. Diupayakan posisi bambu seimbang. “Total pengunjung di hari kedua sekitar 540 pengunjung,” tukas Rivaldi.
Mahasiswa dituntut untuk mengeksplorasi kekayaan bentuk dan juga kearifan lokal dari permainan tradisional dari seluruh Indonesia. “Tujuannya adalah memberi mahasiswa kesempatan untuk mengeksplorasi ruang, dengan skala manusia, mahasiswa diharapkan lebih dapat mengeksplorasi pengalaman ruangnya. Kesadaran ruang ini penting bagi mereka yang akan berkecimpung di profesi arsitektur,” terang Ir. Rinawati P. Handajani, dosen pengampu mata kuliah Desain Matra.
Sebelumnya, pameran dibuka oleh Dekan FT Dr. Ir Pitojo Tri Juwono, MT., dan dihadiri Ketua Jurusan Arsitektur, Ir. Heru Sufianto, M.Arch.St, Ph.D beserta para dosen pengampu mata kuliah terkait. “Keistimewaan para mahasiswa arsitektur adalah pendekatan terhadap sisi teknis tetapi juga sisi estetis. Hanya ada di Jurusan Arsitektur dimana para Maba sudah memiliki acara yang diselenggarakan mandiri dan terbuka untuk umum. Saya bangga karena penyelenggaraan acara ini, saya menilai selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pertahankan prestasi ini” tutup Dekan, sesaat sebelum membuka acara pameran dengan simbolis menembakkan ketapel. (rhd/yan)