Surabaya
Jokowi Ingin Indonesia Seperti Jepang
Memontum Surabaya – Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan jika kepulauan Indonesia dikelilingi garis cincin api dunia. Oleh karena itu presiden ketujuh RI ini selalu menghimbau kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) untuk serius merencanakan pembangunan yang ada di daerah.
“Forum ini forum strategis. Beberapa hal ingin saya sampaikan. Pertama, perencanaan perancangan pembangunan di daerah harus kita kuasai, karena kita harus sadar negara kita berada di dalam garis cincin api,” ucapnya, di acara Rapat Koordinasi Nasional Penanganan Bencana 2019, di JX International, Surabaya, Sabtu (2/2/2019).
Selain itu, ia juga mengatakan, perancangan pembangunan harus berlandaskan aspek-aspek pengurangan risiko. Mantan Walikota Solo itu juga mengingatkan kepada Bappeda untuk selalu menghimbau masyarakat patuh terhadap kebijakan yang berlaku.
Karena menurutnya bencana alama itu selalu terus berulang dan kemungkinan besar yang terdampak hanya di daerah itu-itu saja. Ia menganggap terjadinya bencana selalu ada siklusnya, maka Jokowi pun melarang kepada masyarakat khususnya di daerah pesisir pantai, agar tidak membangun bangunan yang berdekatan dengan bibir pantai.
“Bencana terus berulang, tempatnya situ-situ saja. Di Nusa Tenggara Barat tahun 1978 ada. Di Palu tahun 1978 atau 1979 ada. Ada siklusnya. Sehingga ada ruang ada tempat-tempat yang memang berbahaya jangan boleh mendirikan bangunan di area dekat pantai. Masyarakat harus patuh karena ini juga demi keselamatan” Jokowi mengingatkan.
Selain itu, presiden yang diusung PDI Perjuangan ini menganjurkan untuk selalu melibatkan pakar-pakar akademisi guna meneliti tempat yang rawan terkena bencana. Hal itu ia katakan, dengan harapan supaya Indonesia mampu mengurangi dampak terjadinya bencana.
“Jangan kalau ada bencana kita baru bekerja. Sehingga kita tahu, misalnya ada megatrush, kita tahu bahwa ada pergerseran lempengan bumi dan itu kalau pakar-pakar berbicara dan disosialisasikan ke masyarakat. Dan informasinya bisa lewat ke pemuka agama, bisa lewat Pemda, ini penting sekali,” tandasnya.
Jokowi mencontohkan tanggap bencana yang dilakukan negara Jepang. Menurutnya, ia mengapresiasi antisipasi langkah pemerintah Jepang dalam meminimalisir dampak adanya terjadinya gempa.
“Misal di Jepang, saat makan, ada gempa mereka tetap makan, tetapi ketika ada sirine baru bergerak, dan pergerakan mereka itu ada rutenya,” paparnya.
Melihat fakta tersebut, Jokowi ingin mulai melakukan edukasi ke seluruh masyarakat Indonesia dari kalangan semua kalangan. Ia juga menyarakan, edukasi tersebut tak hanya dilakukan sekali atau dua kali, melainkan digalakkan terus dan sifatnya berskala.
“Lakukan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan teratur untuk mengingatkan masyarakat kita secara berkesinambungan sampai tingkat paling bawah RT, RW Sehingga masyarakat kita siap menghadapi bencana,” pesannya. (sur/ano/yan)