Kabar Desa
Khusnul Muarifah : Pengembangan Usaha Batik Terkendala Modal dan Pembuangan Limbah Material Batik
Jember, Memontum – Kecamatan Ambulu adalah salah satu wilayah pengrajin Batik yang ada di Kabupaten Jember yang mempunyai ciri khas tersendiri dengan motif batik yang mengambil Filosofi Pantai Watu Ulo dengan mengambarkan sejarah pantai Watu ulo, sehingga tak heran bila mempunyai pasar hingga keluar jawa beromset sangat besar.
Khusnul Muarifah seorang pemilik usaha “Batik Tulis Andongsari“ atau dikenal dengan sebutan batik Ambulu warga dusun Watu Kebo Desa Andongsari mengatakan di Kecamatan Ambulu sendiri ada 5 pengrajin batik dan diberi nama Batik Ambulu yang itu berbentuk Komunitas.
“Motif yang kita ambil dari pantai watu ulo misalnya batu batuan dan Karang dengan keindahan pantai watu ulo, sedangkan bahan kita mendatangkan dari kota Solo jawa Tengah, dan sudah mempunyai pasar bahkan hingga keluar jawa, ” ujar Khusnul, Selasa (18/2/2020) siang di tempat usahanya.
Khusnul menerangkan, dengan adanya pengrajin batik di Ambulu, ada nilai pemberdayaan bagi kaum ibu yang ada wilayah Kecamatan Ambulu melalui batik tulis, karena membatik adalah kegiatan padat karya dan siapapun bisa asal ada kemauan.
“Ibu – ibu rumah tangga yang selama ini banyak menganggur selepas melakukan aktifitas memasak dan bersih bersih rumah, mempunyai aktifitas lain yang bermanfaat serta bernilai ekonomis dan harganya pun terjangkau tidak terlalu mahal, selembar kain batik tulis dibandrol dengan harga kisaran 150 ribu, sehingga dapat terjangkau,” terang seorang ibu yang menggeluti kerajinan batik sejak 2015 ini.
Terkait pemasaran, wanita beranak 2 ini mengaku, dibantu Dinas Ketenagakerjaan dan tranmigarsi (Disnakertrans) dan memasarkan sendiri melalui online, toko ke toko, dari kantor ke kantor yang ada di Pemkab (Pemerintah Kabupaten) Jember serta melayani pesanan lokal dan luar jawa.
Namun kata Khusnul masih ada beberapa kendala yang belum terpecahkan hingga kini, yakni belum atau tidak adanya sarana pembuangan Limbah dari material batik dan permodalan, karena selama ini untuk proses pembuangan limbah belum ada pendampingan dari pihak yang terkait bahkan belum tersentuh.
“Kami sangat kesulitan pembuangan limbah material batik, karena harus melalui banyak tahapan dan kami mengharap mendapatkan solusi dan bantuan, dalam hal ini dinas kesehatan Kabupaten Jember, “ katanya.
Dan untuk mencapai harapan dan mewujudkan Ambulu Desa Batik jelas Khusnul, sudah barang tentu kita sangat membutuhkan bantuan modal usaha dari pemerintah, baik dana hibah maupun kredit lunak.
“Karena saat ini modal masih Swakelola sendiri, sehingga kami sangat berat untuk pengembangan usaha (kerajinan batik),” pungkasnya. (tog/yud/oso)