Lumajang
Menang atau Kalah, Harus Dewasa Sikapi Hasil Pilkada
Dua bentuk emosional yang ruh-nya sangat berbeda, yakni emosional karena kekalahan dan emosional karena kemenanagan. Keduanya tak boleh bertemu secara terbuka apalagi dalam bentuk sikap yang tidak dewasa.
” Ini tugas paslon juga untuk meredakannya. Dan ini jauh lebih berat sebenarnya. Kita semua tahu, bagaimana hasil Pilpres empat tahun lalu, yang secara emosional masih disikapi dengan konteks “perang” sampai hari ini. Bahkan adu argumentasi tak pernah berhenti dan intensitasnya tak juga turun dari situasi sebelum Pilpres,” tukasnya.
Wartawan yang sudah berpengalaman selama puluhan tahun menjadi jurnalis Ini meng imbau kalau hal ini tak boleh terjadi pada Pilkada Lumajang. Yang kalah dan yang menang sama-sama harus bisa tampil dewasa menyikapi hasil akhir yang telah dicapai. Yang kalah dan yang menang harus sama-sama bijak.
Cak Fatah menegaskan, Kembali kepada kata “emosional” itu, maka sebenarnya sangat diperlukan sikap dewasa dalam meredakannya oleh semua pihak yang selama ini berhadapan. Merubah situasi yang berhadapan menjadi seiring, pasti jauh lebih berat dibandingkan meraih kemenangan itu sendiri.
Sekarang saatnya mengemas emosi itu menjadi ruh kebersamaan untuk membangun Lumajang kedepan. Karena sebenarnya emosi itu adalah seruan jiwa untuk memperbaiki, tentu saja jika emosi itu diarahkan kepada kutub positiv disatu sisi, dan ke kutub negativ ke sisi lain, agar emosi ini melahirkan sikap kritis dalam mengontrol jalannya pembangunan lima tahun kedepan. Cak Fatah berharap kepada bupati terpilih di Kabupaten Lumajang yang nantinya di sah kan oleh KPU dapat melakukan tugas sebagai mana mestinya dan tidak melupakan janji politik yang disampaikan selama kampanye. (adi/yan)