SEKITAR KITA

Miris, Rebut Medali Perak Peparnas Papua, Atlet Catur Sumenep Minim Perhatian Pemkab

Diterbitkan

-

Miris, Rebut Medali Perak Peparnas Papua, Atlet Catur Sumenep Minim Perhatian Pemkab

Memontum Sumenep – Miris, begitulah perjuangan atlet catur nasional, Humaidi, asal Desa Payudan Nangger, Kecamatan Guluk Guluk, Kabupaten Sumenep, yang tertatih-tatih guna mengharumkan nama baik kota kelahirannya yakni Kabupaten Sumenep. Betapa tidak, sejak masuk Puslatda Provinsi Jatim, Humaidi siapa sangka minim sekali perhatian dari Pemerintah Daerah.

Namun, Humaidi tidak patah semangat. Baginya, apresiasi pemerintah daerah atau Pemkab Sumenep, hanyalah akan dijadikan pelecut untuk terus memacu motivasinya. Tapi sayangnya, apresiasi atau rasa peduli Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, ternyata jauh harapan.

“Jangankan memberikan support finansial, support moril saja nyaris tidak ada. Jadi saya dan teman-teman atlet Sumenep, seperti anak yatim,” tuturnya.

Sebenarnya, tambahnya, kecewa karena selaku putra daerah mewakili Sumenep di kejuaraan nasional Peparnas (Pekan Paralimpic Nasional) Papua, yang berlangsung sejak 2 sampai 13 November 2021 lalu, pulang dengan membawa prestasi. Yaitu, menggondol medali perak untuk kategori Kejuaraan Catur Beregu. Tapi sedihnya, tak ada bentuk perhatian dan rasa peduli kepada atlet yang berjuang membela daerahnya.

Advertisement

“Saya yang atlet berprestasi saja seperti dianaktirikan oleh pemerintah daerah, apalagi atlet yang tidak berpretasi. Saya telah mengharumkan nama Kabupaten Sumenep, di pentas olah raga nasional khusus penyandang Disabilitas (cacat). Tapi saya bagai atlet yang seakan tidak pernah berjuang untuk Sumenep,” katanya, Selasa (04/01/2022) sedih.

Humaidi mengatakan, tidak mengharapkan imbalan, bonus atau fasilitas lain-lain dari pemerintah. “Bukan itu tujuan saya. Tapi saya miris ketika atlet berprestasi dari kabupaten lain mendapat penghargaan atau reward dari pemerintah daerahnya. Ada yang berbentuk bonus uang, hadiah dan lain-lain. Sehingga, sebagai atlet berprestasi dengan adanya reward itu seakan merasa diorangkan atau merasa diperhatikan oleh pemerintah daerahnya,” tuturnya lirih.

Baca juga :

Sebab, dengan diperhatikan itu dapat memacu motivasi atlet untuk berjuang mati-matian merebut medali. Jadi atlet kabupaten lain sejak masih ada di basecamp Puslatda Jatim, itu sudah diperhatikan. Baik bupati atau wali kota atau perwakilan pemerintah daerah, itu hadir untuk mensupport para atletnya.

“Sayangnya, saya mewakili kota kelahiran saya, tidak ada bupati, wakil bupati atau perwakilan atau utusan pemerintah untuk datang ke arena Puslatda Jatim. Jadi, saya seperti anak yatim, berjuang sendiri tak dukungan moril, apalagi finansial. Ini sungguh miris,” bebernya.

Advertisement

Diakuinya, dirinya bangga terhadap Bapak Subiyakto, yang sebelumnya sebagai Kabid Pora Sumenep telah peduli terhadap masa depan atlet Sumenep. “Buktinya, di saat pemerintah Sumenep tak terlalu memperhatikan nasib para atletnya, mantan Kabid Pora Disparbudpora ini malah memberikan bonus terhadap saya selaku atlet yang mampu meraih medali perak, khusus atlet penyandang disabilitas,” akunya lirih.

Contoh lain, kata Humaidi, apresiasi Pemerintah Kediri. Saat datang bawa rombongan massa, teriakkan yel-yel. Termasuk dari Kabupaten Lamongan. Jadi, mereka sebelum berangkat saja sudah disupport oleh pemerintahnya. Pulangnya juga disambut meriah. “Itu info yang saya akses di media sosial dan koran-koran,” ungkapnya.

Reward pada atlet berptrestasi di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, atlet juara medali emas dapat bonus uang Rp 100 juta, perak Rp 75 juta dan perunggu Rp 50 juta. “Begitu juga atlet Papua dapat medali emas Rp 1 miliar untuk kejuaraan PON, untuk kejuaraan Peparnas (Juara Disabilitas) Rp 1,2 miliar, medali perak Rp 500 juta, Medali Perunggi Rp 300 juta. Itu Atelt PAPUA,” beber Humaidi. (edo/sit)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas