Surabaya
Pakde Karwo Nyatakan KLB Difteri jadi Anomali di Jatim
Dalam kesempatan ini, Pakde Karwo juga mengharapkan dilakukannya penelitian penyebab anomali tsb, termasuk angka ibu hamil dan anak yang cukup tinggi. ‘Misalnya, apakah ibu meninggal karena clamsia dan preclamsia. Juga anaknya meniggal karena kurang gizi yang diaebabkan ditinggal ibunya bekerja,’ujarnya.
Di Jawa Timur, kasus difteri tertinggi terjadi di Sampang, Gresik, Nganjuk, Pasuruan, Surabaya, yakni kasus lebih dari 21 penderita. Sementara itu, daerah dengan kasus antara 10-20 penderita berada di Bojonegoro, Sidoarjo, Jombang, Batu, Kota Malang, Kab. Malang, Lumajang, Kab. Blitar, dan Kota Blitar.
Terjadi di 30 Provinsi
Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Kemenkes RI dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes mengatakan, KLB difteri ini hampir terjadi pada 30 provinsi pada tahun 2017. Sedangkan pada awal tahun 2018, kasus baru mengalami penurunan. Saat ini hanya 5 provinsi yang masih terdapat kasus difteri.
Dijelaskan, setelah dua kali masa inkubasi atau dua minggu tidak ada lagi kasus baru di sebuah daerah, maka KLB dinyatakan berhenti. Penanganan difteri yang sangat krusial adalah pencegahan melalui imunisasi di setiap daerah.
Melalui Percikan Ludah
Dalam penjelasannya, Prof Ismudianto SpaK menjelaskan penyakit difteri yang disebabkan bakteri bakteri Coryne ini sudah lama di beberapa negara termasuk Indonesia, yang cakupannya cukup tinggi. Penyakit yang ditandai dengan adanya membran di beberapa bagian tubuh seperti tenggorok, telinga hidung, dan vagina ini menular lewat percikan ludah penderita langsung. ‘Ketika merasakan tubuh tidak enak, demam, dan tenggorokan terasa sakit disarankan menggunakan masker,’ ujarnya.
Ditegaskan, bakteri ini tidak seperti virus influenza yang ada diudara, tapi melalui percikan ludah penderita, yang oleh karena itu di rumah sakit akan diisolasi untuk menghindari penularan.
Apabila membran terjadi di tenggorok dan menutupinya, maka akan dilakukan pembukaan lubang ditenggorok penderita agar biasa bernafas. Pada tingkat berat, maka bisa terjadi pendarahan di panca indera.
“Penyakit ini ada obatnya, yang jika terkena obatnya seharga Rp. 20 juta. Oleh karena itu, pencegahan, yakni melalui imunisasi adalah yang terbaik,’ ujarnya sambil menjelaskan toksin atau racun yang dihasilkan bakteri ini menjadikan kelumpuhan pada kaki tangan, ginjal dan jantung.Istirahat sekitar dua minggu juga menjadi rekomendasi dokter agar pasien cepat sembuh. (Gd/nhs)