Pendidikan
Perkuat Kolaborasi Pendidikan Vokasi Dunia Industri Hadapi Revolusi Indistri 4.0
Dies Natalis ke 38 Polinema
Memontum Kota Malang – Dies Natalis Ke-38 Politeknik Negeri Malang (Polinema), menyelenggarakan orasi ilmiah dengan tema ‘Memperkuat Kolaborasi Pendidikan Vokasi-Dunia Industri Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0’, Rabu (04/11) pagi.
Acara yang diselenggarakan secara daring dan disiarkan streaming tersebut, menghadirkan tiga nara sumber, yaitu Presiden Direktur PT. Omron Manufacturing Indonesia, Irawan Santoso, Dosen Teknik Mesin Polinema, Dr. Sudarmadji, MT dan Dosen Bahasa Inggris Polinema, Hilda Cahyani, Ph.D.
Mengawali acara, kegiatan dibuka oleh Ketua Senat Polinema, Dr. Ir. Tundung Subali Patma, MT. dan disambung dengan sambutan Direktur Politeknik Negeri Malang, Drs. Awan Setiawan, M.MT., MM.
Dalam sambutannya, Direktur Polinema, menyampaikan bahwa perlunya dunia pendidikan bersinergi dengan industri dalam menghadapi tantangan dan peluang di era Revolusi Industri 4.0.
“Dalam menghadapi pasar kerja yang dinamis, kolaborasi merupakan kunci untuk menyiapkan sistem vokasi yang adaptif terhadap perkembangan kebutuhan pasar kerja,” kata Direktur Polinema.
Sementara Presiden Direktur (Presdir) PT. OMI, Irawan Santoso, menyampaikan dalam presentasinya terkait peran penting industri 4.0 dalam proses transformasi perusahaan, dari labor intensive ke capital intensive.
“Untuk mewujudkan hal tersebut, maka kita harus bersikap adaptif terhadap perubahan teknologi,” terang Irawan.
Terkait transformasi industri dan institusi pendidikan, dirinya menjelaskan, bahwa lulusan vokasi harus dibekali dengan hard skill dan soft skill yang cukup.
“Misalnya, dengan pelatihan design, augmented reality, artificial intelligent, remote management dan visualisai data. Serta soft kill, seperti, adaptif dan keinginan kuat untuk belajar hal-hal baru, kompetisi teknologi dan riset,” ujarnya.
Dosen Teknik Mesin Polinema, Dr. Sudarmadji, MT, dalam presentasinya menyampaikan bahwa kemajuan teknologi saat ini sangatlah pesat. Bahkan, mampu memprediksi trend perubahan teknologi masa depan.
“Hukum mekanika klasik sudah tidak berlaku. Bahkan, beralih ke mekanika kuantum, teknologi yang memanipulasi partikel ukuran atom bahkan sub atom,” terangnya.
Sementara itu, Hilda Cahyani, SS, M.Pd., Ph.D., dalam kesempatan itu membahas tentang millenial, kampus merdeka belajar, dan society 5.0 mengatakan, bahwa tantangan terbesar pendidik dan perguruan tinggi saat ini adalah mempersiapkan para milenial menjadi generasi handal dan berkarakter. Sehingga, mereka tidak hanya bertahan di era revolusi industri 4.0 tetapi juga berkiprah dalam society 5.0.
“Generasi Milenial adalah generasi yang lebih sensitif dan self-obsessed. Mereka memerlukan perhatian agar termotivasi dan memiliki ketahanan hidup yang tangguh. Hal ini juga berkaitan dengan besarnya pengaruh media digital, persaingan yang tinggi dan tantangan hidup yang lebih berat”, jelas perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Internasional Polinema. (mg1/sit)