Pendidikan

Polinema Kuatkan Konsensus Nasional, Gelar Seminar Legislatif 4 Pilar Kebangsaan, Hadirkan Gubernur Lemhannas

Diterbitkan

-

Direktur Polinema Drs Awan Setiawan MMT MM saat memberikan cindramata kepada Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia. (ist)
Direktur Polinema Drs Awan Setiawan MMT MM saat memberikan cindramata kepada Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia. (ist)

Memontum Kota Malang – Empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia, harus tetap tertanam pada diri generasi penerus bangsa. Penguatan empat pilar atau konsensus kebangsaan harus perlu dikuatkan sebagai dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Untuk penguatan konsensus kebangsaan ini, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Politeknik Negeri Malang (Polinema) Periode 2019/2020 mengadakan seminar Legislatif 4 Pilar Kebangsaan, Sabtu (23/11/2019) pukul 08.00 di ruang Auditorium Gedung Teknik Sipil Lantai 8 Polinema.

Acara ini dibuka oleh Direktur Polinema Drs Awan Setiawan MMT.MM. Sebagai pembicara DPM Polinema menghadirkan Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Sherly Annavita Rahmi, Master Of Social Impact Australia dan Faiz Arsyad, Sekertatis Uendral DPM UB.

Menurut keterangan Gubernur Lemhannas Letjen TNI (Purn) Agus Widjaja, pihaknya mengapresiasi seminar 4 pilar Kebangsaan yangbdiselengarakan DPM Polinema. Sebab ditengah dinamika kebangsaan ini, tetap perlu adanya penguatan konsensus dasar kebangsaan.

Advertisement

“Ini sangat kita perlukan sebagai dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ujar Agus.

Dia juga mengatakan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan keputusan harus selaku berdasarkan kemufakatan demi persatuan dan kesatun bangsa.

“Jangan sampai ada pemaksaan dari nilai-nilai dan konsep yang berasal dari luar konsensus kebangsaan. Ingat bahwa bangsa kita ini pada dasarnya bangsa konsensus. Bangsa berdasarkan kesepakatan. Sehinga segala sesuatu apa yang ingin kita terapkan cocok untuk bangsa harus disepakati seluruh bangsa. Justru karena ke bhinnekaan, secara demografis maupun geografis, akan lebih menuntut kemufakatan,” ujar Agus usai mengisi seminar.

Sedangkan ditengah berkembangan teknologi dan gempuran informasi dari luar, adalah petan dunia pendidikan untuk membekali generasi muda untuk semakin berkompeten.

Advertisement

” Diharapkan adanya peningkatan kompetensi generasi muda. Menurut pakar, walaupun berhadapan dengan mesin kita tidak ingin menciptakan manusia mesin maupun menyaingi mesin. Justru kompetensi yang dibutuhkan era digital adalah soft skill. Ini adalah ranah pendidikan. Pendidikan harus fokus untuk hasilkan kompeteni literasi teknologi, literasi data dan literasi insani agar generasi muda siap menghadapi tantangan di masa depan,” ujar Agus.

Dia juga mengatakan perlu juga adanya pembentengan dari paparan faham radikalisasi yang mengincar generasi muda. .”Perlu kewaspadaan dari kita semua. Kita saling mengingatkan kepada kawan-kawan kita, keluarga kita, anak anak kia. Sebab faham-faham itu bisa masuk dari interaksi-interaksi harus bisa dikontrol. Saling mengingatkan dan membangun kesadaran,” ujar Agus.

DR ENG Anggit Murdani ST.M ENG, Pembantu Direktur III Polinema mengatakan bahwa materi empat pilar kebangsaan sangat penting bahi negerasi bangsa.

“Mereka produk generasi milenial. Tadi dijelaskan tentang karakteristik generasi ke generasi. Agar konsensus krbangsaan nisa dimplementasikan. Kalaundi zaman kami, wawasan kebangsaan diberikan melalui penataran P4 dari mulai SD, SMP, SMA bahkan sampai perguruan tinggi. Kedepannya harus ada metode yang pas untuk generasi milenial,” ujar Anggit.

Advertisement

Terkait paparan radikalisme yang mengincar generasi muda, pihaknya mengatakan bahwa Polinema tetap terkendali. Meskipun demikian harus tetap waspada dengan selalu menjaga komunikasi seluruh elemen mahasiswa. ” Selalu menjaga komunikasi semua elemen mahasiswa. Dengan demikian dinamika di mahasiswa tetap bisa kita ikuti. Intinya kamunikasi jangan sampai terputus untuk menangkal paparan radikalisme,” ujar Anggit. (gie/yan)

 

Advertisement
Lewat ke baris perkakas