SEKITAR KITA
Pulau Kangean Tak Merata Tersentuh Listrik, Formaka Luapkan Aspirasi ke DPRD Sumenep
Memontum Sumenep – Forum Mahasiswa Kangayan (Formaka) meluapkan aspirasinya dengan cara turun ke jalan. Mereka menyampaikan aspirasi dengan berunjuk rasa ke Gedung DPRD Sumenep, Rabu (17/03) tadi. Aspirasi mahasiswa ini, terkait masalah kelistrikan di Pulau Kangean.
Korlap aksi, Rahman meminta wakil rakyat serius mengawal persoalan kelistrikan lantaran banyak warga yang belum tersentuh listrik. Khususnya di Kecamatan Kangayan, Pulau Kangean.
Terdapat beberapa desa yang belum teraliri listrik. Program kelistrikan di Kangayan dinilai lamban dan tak kunjung terealisasi. Desa yang belum teraliri listrik di antaranya Desa Tembayangan, Cangkaraman, dan Jukong-jukong.
“Kami meminta wakil rakyat dari Kepulauan Kangean untuk serius mengawal program kelistrikan. Masyarakat pulau punya hak yang sama untuk bisa menikmati aliran listrik. Tolong wakil rakyat untuk bekerja secara maksimal memperjuangkan nasib rakyat,” pintanya.
Baca juga: Kodim 0827/Sumenep Ajak Anak Yatim Berdoa Agar Pandemi Covid-19 Segera Berlalu
Aksi mahasiswa asal Kangayan ini ditemui oleh seorang Anggota Dewan asal Pulau Kangean, Abu Hasan. Dia mengaku jika selama ini dirinya terus mengupayakan agar program kelistrikan di kepulauan segera tuntas.
“Kami tidak diam. Tapi apa yang diperjuangkan mahasiswa sama dengan yang kami perjuangkan,” terangnya.
Aksi tersebut sempat diwarnai kericuhan lantaran protes mahasiswa terkait tidak meratanya aliran listrik tak didengar oleh wakil rakyat. Bahkan satu mahasiswa sempat tak sadarkan diri diduga adu jotos dengan pihak polisi dalam unjuk rasa itu.
Massa menuntut janji Pemkab Sumenep yang akan mengaliri listrik di Pulau Kangean sejak kepemimpinan Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim namun hingga kini belum juga terealisasi.
“Atas nama warga pulau Kangean, kami kecewa pada wakil rakyat di DPRD ini dan pihak PLN. Sebab kami belum selesai menyampaikan aspirasi persoalan yang terjadi di pulau Kangayan,” kata Rahman.
Bahkan sejak tahun 2018 silam memang sudah ada penancapan tiang listrik. “Tak hanya itu, warga juga sudah membayar terlebih dulu biaya listrik sebesar Rp 4 – 6 juta. Tapi sampai sekarang belum juga ada kejelasan, kapan listrik bisa hidup dan merata?” katanya.
Terpisah, ditanya soal ricuh dengan kepolisian, pihaknya mengaku sebenarnya tidak ada niatan aksi anarkis dalam menyampaikan aspirasinya. “Kita aksi damai, tapi sudah terjadi pengeroyokan dari polisi,” ketusnya.
Dikonfirmasi Kasubag Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti Sutioningtyas, mengatakan jika salah satu massa aksi yang jatuh saat suasana memanas itu jatuh sendiri.
Pihak polisi mengaku juga memiliki beberapa bukti dalam kejadian gesekan massa di depan gedung DPRD Sumenep tersebut. “Itu kan jatuh sendiri saat naik pagar,” kata Widi. (roz/edo/ed2)