Kota Malang
Ramadan Berkah, Produksi Kue Kering Buatan WBP Lapas Perempuan Kelas II A Malang Meningkat
Memontum Kota Malang – Ramadan kali ini membawa berkah bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Perempuan Kelas II A Malang. Sebab, produksi kue kering sebagai ketrampilan, mengalami peningkatan produksi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.
Salah satu WBP, Zaenab, menyampaikan jika selama satu minggu ini sudah ada sekitar 100 toples kue kering yang digarap. Mulai dari kue nastar, kue kacang, kue emping, kue stroberi cookies, kue kastengel dan kue coklat.
“Alhamdulillah kali ini membuat kuenya ekstra, karena selama Ramadan ini ada tambahan untuk kue kering, edisi lebaran,” kata Zaenab, Senin (25/03/2024) tadi.
Kemudian, ditambahkannya jika produksi kue kering yang dilakukan setiap harinya itu sudah menghabiskan puluhan kg tepung. Tentu hal itu berbeda dengan hari-hari biasanya. “Ini saja untuk tepung sudah banyak, kalau kue kering dihitungnya dari tepung, itu sekali beli satu karung, dan ini sudah (habis) satu karung, sekitar 25 kilogram,” tambahnya.
Selain produksi kue kering, juga terdapat kue cake keju bernama tulban yang laris terjual. Biasanya hasil produksi kue dari WBP dibeli oleh pegawai lapas, atau keluarga dari para WBP itu sendiri. Untuk harga kue yang dijualkan mulai dari Rp 65 ribu hingga Rp 120 ribu.
Baca juga :
“Yang beli kue disini ada juga WBP yang pulang untuk oleh-oleh, kadang ada orang-orang studi tiru, untuk ulang tahun,” katanya.
Sementara itu, Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Yunengsih, menyampaikan jika keterampilan pembuatan kue tersebut bekerjasama dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Ganesha. Para WBP tersebut mengikuti kegiatan pelatihan, sesuai dengan masing-masing minatnya.
“Artinya, mereka berminat untuk selanjutnya dengan harapan setelah bebas nanti mereka bisa berwirausaha karena alasan mereka masuk kesini karena faktor ekonomi,” ujarnya.
Ke depan, diharapkan para WBP tersebut nantinya memiliki modal berupa ilmu untuk berwirausaha dengan membuat kue kering. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk cara memasarkan produk yang dihasilkan.
“Jualannya tidak harus punya toko, sekarang bisa online dan sebagainya, untuk manejemen penjualan, kami juga berupaya memberikan pengetahuan tentang penjualan atau pemasaran,” imbuhnya. (rsy/sit)