SEKITAR KITA
Sembilan Wilayah di Tulungagung Berpotensi Kekurangan Air Bersih
Memontum Tulungagung – Musim kemarau membuat debit sumber air di pemukiman kawasan pegunungan menipis.
Mensikapi kondisi itu, Plt Kepala Pelaksana BPBD Tulungagung, Soeroto, pun bakal mensuplai ketersediaan air bersih kepada masyarakat. Sementara stok yang akan didistribusikan, adalah belasan ribu liter perhari dengan menggunakan truk tangki yang memiliki kapasitas 4 ribu sama 8 ribu liter.
“Droping air bersih dalam seharinya, maksimal bisa sampai tiga kali. Kalau capek, maka bisa dilakukan dua kali, yakni Sabtu,” ungkap Soeroto, Kamis (02/06/2022) tadi.
Jika suplai air tersebut dihitung, tambahnya, maka perorang mendapat subsidi untuk minum dan masak kurang lebih 10 liter. Akan tetapi, kriteria seperti biasanya, di lapangan secukupnya. Karena, masyarakat mengambil air untuk ditaruh pada tandon dan sisanya di bak-bak yang telah disiapkan.
Baca juga:
- Perumda Tugu Tirta Permudah Sambungan Baru untuk Masyarakat Kota Malang
- Berhasil Kendalikan Inflasi, Pemkab Jember Raih Penghargaan Nasional dan Jatim
- Pemasaran Pisang Mas Kirana Lumajang Miliki ‘Dekengan Pusat’ untuk Tembus Pasar Global
- Pj Wali Kota Malang Minta Peserta Pilkada Taati Peraturan Pemasangan APK
- Paripurna DPRD, Pjs Bupati Trenggalek Serahkan Nota Keuangan Raperda APBD 2025
“Bahkan, mereka bisa sampai empat kali bolak balik, ya kita layani sampai selesai,” imbuhnya.
BPBD Tulungagung mengungkapkan, ada sembilan wilayah yang berpotensi kekurangan air bersih. Beberapa diantaranya, tetap di daerah pegunungan wilayah selatan. Yaitu, di daerah Tanggunggunung, Pucanglaban dan Kalidawir.
“Ada juga di wilayah sebagian di Kecamatan Rejotangan dan Campurdarat,” paparnya.
Soeroto menuturkan, kekeringan di daerah yang menjadi langganan tersebut, karena sumber air dan soal tanaman. Tanaman berfungsi sebagai tempat menyimpan sumber air, tetapi yang sebelumnya tumpah ruah menjadi sedikit disinyalir ada pengurangan tanaman.
Sebab, jika pohon-pohon mulai berkurang, penyimpanan air tidak bisa maksimal pada saat musim kemarau. Belum separuh musim, debit air sudah kering semua. Sehingga, BPBD segera bertindak dalam rangka untuk membantu masyarakat yang membutuhkan air.
“Ada airnya, tapi debitnya kecil. Itulah, yang kita bantu bergilir dari desa ke desa kita jadwal. Agar ini menambah air dalam memberikan kebutuhan makan minum mandi dan lainnya tercukupi,” ujarnya.
Dirinya menambahkan, terkait dengan cuaca sekarang ini, sudah mulai menginjak pada peralihan dari musim penghujan menuju ke kemarau. Oleh sebab itu, peralihan musim kadangkala masih ada hujan, dan hujan tidak lama biasanya disertai dengan awan gelap secara tiba-tiba disertai angin.
“Biasanya potensi angin puting beliung di pancaroba. Baik menjelang musim hujan maupun musim kemarau 2 musim biasanya seperti itu,” tegasnya. (jaz/sit)