Pemerintahan
Sempat Mandek Lima Tahun, Bupati Arifin Resmikan Jembatan Bhinneka Tunggal Ika di Trenggalek
Memontum Trenggalek – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, meresmikan Jembatan Guyangan atau yang disebut dengan Jembatan Bhinneka Tunggal Ika di Desa Gondang Kecamatan Tugu. Pengerjaannya yang sempat mandek selama lima tahun ini, merupakan akses penghubung tiga desa di Kecamatan Tugu yaitu Gondang, Winong dan Kecamatan Banaran.
Memiliki bentangan sekitar 5 meter x 45 meter, jembatan yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 5,1 miliar, itu dibangun tanpa menggunakan tiang penyangga tengah. Nama Jembatan Bhinneka Tunggal Ika sendiri disematkan oleh KH Sulaiman, pengasuh Pondok Pesantren Al Badar Desa Gondang.
“Jadi, ini termasuk proyek yang kemarin dibiayai investasinya oleh PT SMI. Jadi kita memang punya effort di sini untuk bisa mewujudkan jembatan ini,” kata Bupati Arifin saat dikonfirmasi, Kamis (09/11/2023) siang.
Dikatakan suami Novita Hardiny ini, pembangunan Jembatan Bhinneka Tunggal Ika sempat tertunda hingga lima tahun akibat gagal tender. Bahkan, tahun ini lelang harus dilakukan dua kali.
“Pembangunan jembatan sendiri sebenarnya telah diusulkan sejak lama. Akan tetapi karena kondisi fiskal pemerintah daerah saat itu, akhirnya baru bisa rampung dibangun tahun ini,” imbuhnya.
Baca juga:
Jembatan tersebut konstruksinya dibangun menggunakan beton precast. Sehingga menurut Mas Ipin-sapaan akrabnya, spesifikasinya bukan main-main. Sedangkan tanpa tiang penyangga tengah dimaksudkan meminimalisir resiko kerusakan jembatan akibat banjir.
“Untuk konstruksinya pakai sistem precast. Sengaja didesain tidak ada penyangga karena untuk meminimalisir gangguan aliran sungai seperti sampah atau ranting. Dan semoga saja tidak banjir,” kata Mas Ipin.
Di samping jembatan, dirinya juga sekaligus meresmikan fasilitas TPS 3R di Desa Banaran. Proyek senilai Rp 1,8 miliar tersebut diharapkan dapat menjadi solusi persoalan sampah rumah tangga.
Di kesempatan itu, Mas Ipin berharap kepada ibu-ibu yang disebutnya sebagai green angel, bisa mengolah sampah menjadi berkah. “Ibu-ibu ini kreatif, tahu kalau di sini banyak pembudidaya ikan, maka nanti sampahnya dikelola dengan mekanisme magot. Jadi yang organik-organik mekanisme magot. Nanti sebagian untuk pupuk, karena di sini juga basisnya pertanian, perkebunan, dan tadi di beberapa tempat sudah ada bank sampah yang digunakan untuk sampah-sampah yang bernilai jual sudah didayagunakan,” sambungnya.
Pihaknya berharap, keberadaan TPS tersebut juga mampu memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. “Kedepannya, akan kembali dikaji untuk penanganan sampah yang tidak bisa diolah. Sehingga cita-cita Kabupaten Trenggalek di tahun 2030 atau 2045 benar-benar bisa menjadi kota dengan nol persen sampah dan polusi,” papar Bupati Arifin. (mil/sit)