Kota Malang
UMM Posisi Pertama PTS Penerima Hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka 2021
Memontum Kota Malang – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) turut serta dan berhasil mendapatkan pendanaan pada Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Juni ini. Salah satu kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan relevansi program sarjana.
Ketua Tim Taskforce PKKM UMM, Prof Dr Ir MKes, menuturkan bahwa UMM berhasil memperoleh pendanaan lebih dari Rp 8.1 milyar.
Baca Juga:
- KPU Kota Malang Susun Persiapan Debat Pertama Paslon Pilkada Kota Malang 26 Oktober
- Tingkatkan Pembangunan Fasilitas Olah Raga, Pemkot Malang Susun Desain Olah Raga Daerah
- Kantongi 12 Penyebab dan Alasan Anak Putus Sekolah, Pj Wali Kota Malang Tekankan Intervensi Penanganan
“Raihan tersebut menempatkan UMM di posisi pertama Perguruan Tinggi Swasta (PTS) penerima dana PKKM. Kami juga berada di posisi pertama di antara 28 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yang memperoleh dana hibah ini,” terangnya, Kamis (10/06).
Dijelaskan Sujono, UMM berhasil meloloskan empat prodinya yakni Prodi Teknik Mesin, Teknologi Pangan, Peternakan, dan Akuakultur. Sebelum diajukan, keempat prodi itu juga sudah melalui penilaian dari Universitas sehingga meningkatkan persentase lolos di tahap PKKM. “Sebenarnya ada lima prodi dan Institutional Support System yang sudah kami ajukan, namun hanya ada empat yang lolos dan didanai,” sambungnya.
Sujono melanjutkan, program ini memiliki tujuan yang terangkum dalam delapan indikator kinerja utama (IKU).
“Mulai dari kesiapan kerja lulusan, mahasiswa dan dosen di luar kampus, kualifikasi dan penerapan riset dosen. Adapula hal-hal yang terkait dengan kemitraan, pembelajaran dalam kelas hingga akreditasi internasional,” bebernya.
Dosen yang juga menjabat sebagai Koordinator Asisten Rektor UMM itu berharap raihan ini bisa meningkatkan capaian akademik serta kualitas lulusan dosen dan pembelajaran yang ada di UMM. “Selain itu semoga bisa dikembangkan di Prodi lain sebagai bentuk dukungan akan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digalakkan oleh pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu, Rektor UMM, Dr Fauzan MPd, menuturkan bahwa sebenarnya UMM sudah mendesain konsep kampus merdeka sejak lama, yakni pada tahun 2000an. Sejumlah unit bisnis yang telah dimiliki UMM menjadi laboratorium terapan bagi mahasiswa.
“Kami juga memiliki banyak kerjasama, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebut saja jalinan dengan Erasmus Mundus Plus dari konsorsium Uni Eropa yang melibatkan mahasiswa, karyawan, serta dosen,” jelasnya.
Selain itu, program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) juga meyediakan skema top down dan menggunakan skema yang disesuaikan dengan passion mahasiswa.
“Berbagai kebijakan equivalensi seperti ini sudah kita lakukan sejak lama. Maka, secara substansial UMM relatif siap karena budaya yang telah dibangun memang selaras dengan konsep kampus merdeka,” tegas Fauzan.
Terakhir ia berujar bahwa aktivitas tersebut akan terus didorong sampai UMM menjadi centre of excellence berbasis program studi. Hal itu merupakan salah satu jawaban akan kampus merdeka. “Semoga kita bisa menjalankan program ini dengan lebih masif, baik di tingkat universitas, nasional maupun internasional,” kata Fauzan. (mus/ed2)