Berita Nasional

Wamendag Hadiri Haflatul Ikhtitam Ponpes Asshiddiqiyah

Diterbitkan

-

Wamendag Hadiri Haflatul Ikhtitam Ponpes Asshiddiqiyah

Memontum Jakarta – Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa’adi, memberikan sambutan pada Haflatul Ikhtitam Pondok Pesantren Asshiddiqiyah di Kedoya, Sabtu (03/04).

Wamenag menyampaikan, bahwa pesantren berkontribusi dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pesantren juga berperan besar dalam pembangunan bangsa, termasuk dalam mengawal pemahaman keagamaan masyarakat yang tawassuth atau moderat.

Baca juga: KKP dan Kejaksaan RI Kembali Musnahkan Empat Kapal Asing Ilegal

Acara tersebut, mengangkat tema ‘Santri Sehat, Negeri Kuat dan Bermartabat’. Selain para santri wisudawan, hadir jajaran pengasuh dan ustadz pesantren yang didirikan oleh Alm. KH Noer Muhammad Iskandar ini.

Advertisement

“Saya meyakini bahwa pesantren adalah tonggak utama dalam mengawal moderasi beragama,” tegas Wamenag.

Menurut Wamenag, moderasi beragama tidak akan dapat tercipta tanpa adanya prinsip adil dan berimbang. Dan prinsip seperti inilah yang selama ratusan tahun diajarkan di lingkungan pesantren.

Wamenag Menyampaikan, Islam wasathiyah, atau Islam tengahan, lanjut Wamenag, sesungguhnya menjadi solusi antara dua ekstremitas beragama. Yaitu pertama, ekstrimitas beragama yang bersumber dari tafsir agama yang tekstualis, literer dan hanya berdasar pada dhohir nash.

Sehingga, menyebabkan pemahaman agama yang sempit, konservatif dan ultrakonservatif, yang pada titik tertentu dapat membenarkan kekerasan dan kebencian atas nama agama.

Advertisement

Sedangkan yang kedua, ekstremitas agama yang ingin melepaskan diri dari teks-teks agama dan mengarah pada pemahaman agama yang bebas dan liberal.

Wamenag yakin, bahwa pendidikan model pesantren dapat menjadi jawaban atas meningkatnya semangat masyarakat untuk belajar agama saat ini. Fenomena yang ditemui, meningkatnya gairah belajar agama di masyarakat seringkali tersalurkan melalui pembelajaran lewat internet dan media sosial, yang sulit untuk dipastikan kesesuaian metode pembelajaran, sanad keilmuan, dan kapasitas pengajar agamanya.

Pembelajaran agama yang keliru, terbukti berpengaruh pada munculnya eksklusivisme beragama dan intoleransi, yang berpotensi menjadi konflik di tengah masyarakat, serta mengancam kesatuan bangsa dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Oleh sebab itu, kami mengajak bapak ibu, dan seluruh masyarakat pesantren untuk memasyarakatkan dan memelihara Islam wasathiyah, yang merupakan solusi paling tepat menghadapi kemajemukan bangsa,” jelasnya.

Advertisement

“Misi kenabian yang diemban oleh pondok pesantren, sepatutnya memberi inspirasi pada kita dalam menghadapi segala kesulitan yang hadir utamanya pada masa pandemi Covid-19 ini,” lanjutnya.

Wamenag juga, menyampaikan ucapan selamat kepada para santri yang baru saja menyelesaikan sekolahnya. Wamenag berpesan, agar alumni tetap menggenggam erat nilai-nilai Islam khas pesantren, di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi seperti apapun. (hms/nag/aye/ed2)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas