Kota Malang
Wartawan Senior Berikan Petuah, Warga Kampung Budaya Polowijen Berikan Apresiasi
Memontum Kota Malang – Rangkaian acara demi acara memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2019 terus bergulir. Pun tak ketinggalan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya. Usai khotmil Qur’an, santunan anak yatim di Panti Asuhan Al Hayatul Islamiyah, Kedungkandang, serta ziarah makam Ki Ageng Gribig dan beberapa wartawan senior yang telah mendahului, Sabtu (9/2/2019). Kali ini, tak kalah menarik dan pertama kali, Silahturahmi Wartawan Antar Lintas Generasi, yang dihelat di Ocean Garden Trunojoyo, Kota Malang, Minggu (10/2/2019).
Ketua Panitia HPN Malang Raya, Cahyono mengatakan kegiatan peringatan HPN merupakan kegiatan rutian tahunan. Namun agenda yang diusung, sebagian besar ada agenda baru. Kalaupun agenda lama, hanya tempatnya yang berpindah.
“Dalam khotmil quran kemarin diikuti sekitar 10 jurnalis bersama puluhan santri dan ustadz membaca Al-Quran 30 juz. Disela-sela Khotmil Quran, beberapa jurnalis melakukan ziarah ke makam para ulama dan makam para wartawan senior. Di antaranya makam Ki Ageng Gribig, makam Syaikh Jailani, alm. Wiharjono, alm. Yogi, dan alm. M Jupri,” jelas Cahyono, mendampingi Ketua PWI Malang Raya M. Ariful Huda.
Selanjutnya, dalam Silahturahmi Wartawan Antar Lintas Generasi, panitia mengundang sekitar 25 wartawan senior, baik yang masih aktif, purna tugas, maupun berpindah profesi. Layaknya reuni, para wartawan legenda Malang Raya terlihat gayeng, dan tersirat kembali semangat mengingat jaman-jaman suka duka saat berjuang menjadi kuli tinta. Mereka bercerita dan berpesan kepada wartawan generasi milenial, di jaman yang serba mudah seyogyanya wartawan tak boleh terlena dan tetap komitmen menjaga idealismenya.
“Yang saya lihat wartawan sekarang, tidak turun liputan tapi bisa punya berita. Apalagi karya copas. Bukan masalah sakti atau cerdas, mana idealismemu? Bagaimana tanggung jawabmu, mana harga dirimu? Gunakan kecanggihan teknologi dengan cara yang baik. Investigasi dan pecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. Dan yang terpenting melek hukum pada pos kalian,” pesan Yunanto, mantan wartawan Suara Indonesia, yang mengaku pernah dikirimi bingkisan potongan kepala manusia ini.