Jember
Wereng Coklat Menyebar, Terbawa Angin dan Hujan Akibat Kemarau Basah
Memontum Jember — Sejak pertengahan Januari kemarin, sejumlah petani padi di beberapa kecamatan dibuat was-was terhadap potensi serangan wereng batang coklat (WBC) dan xanthomonas oryzae (OZ).
Serbuan organisme perusak tanaman (OPT) tersebut banyak di temui di tempat dan sebagian wilayah Gumukmas, Umbulsari, Kencong, hingga Jombang hingga saat ini.
Wereng batang coklat yang menjadi penyakit padi yang menyerang bagian batang dan Sari-sari pada batang akan dihisap habis hingga menimbulkan pembusukan itu akan menjadi dampak sangat buruk terhadap pertanian yang notabene harus segera dibasmi.
Kepala UPT Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Hortikultura Wilayah VIII, Sunarto Sp Selasa, (30/1/2018) menuturkan, wabah wereng dan santomonas muncul di beberapa wilayah tersebut seiring dengan perubahan iklim cuaca dari hujan ke panas yang berlangsung nyaris setiap hari dan biasa orang menyebutkan kemarau basah.
”Di sisi lain permasalahan wereng, serangan yang terjadi cenderung meluas lantaran terbawa hujan dan angin. Perpindahan cuaca dari hujan ke panas semakin menyuburkan perkembangbiakan wereng coklat,” kata Sunarto menuturkan.
Pantauan terakhir dari petugas di lapangan, belum ada lahan padi yang puso akibar serbuan jenis penyakit tersebut. Pendataan sementara yang di buat acuan ada 5,250 total lahan mulai dari Gumukmas, Umbulsari, Kencong, hingga Jombang yang sempat terpapar wereng batang coklat. Sementara, 4,250 hektare lainnya terserang xanthomonas. Yang puso akibat serangan WBC dan XO belum ada. Malah yang ada puso akibat banjir luapan, tuturnya.
Dirinya juga menambahkan jika sementara ini terutama wereng coklat, kata dia, pertama kali muncul dari daerah Mayangan Gumukmas. Hama pengganggu padi tersebut terus menerus meluas menuju daerah lain di bagian barat.
Yang dilakukan oleh pihaknya saat sekarang bukanlah tahap pencegahan lagi, karena kasus serangan OPT sudah terjadi. Lebih dari itu, sejak beberapa minggu terakhir tim dari UPT Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Hortikultura Wilayah VIII terus melakukan gerakan pengedalian agar wabah santomonas, apalagi wereng coklat tidak meluas pada tanaman padi lain yang masih dalam tahap pertumbuhan seperti sekarang.
Upaya itu, lanjutnya, dilakukan dengan melibatkan petani dan kelompok tani setempat. Harapannya petani langsung melapor begitu menemui kasus. Sikap proaktif petani sebagai pihak yang paling bersinggungan langsung dan paling awal menemui kasus cukup berperan penting dalam keberhasilan pengendalian hama ini.
Namun demikian, Sunarto mengakui jika tidak setiap kasus serangan wereng dan santomonas bisa langsung dilakukan penyemprotan pestisida dan fungisida. Secara teknis, mesti dikalkulasi dulu apakah serangan pada lahan memasuki ambang ekonomis ataukah tidak.Jadi harus diperhitungkan dulu, lebih besar mana antara kerugian dengan biaya pengendalian. Jika ongkos biaya mengendalian melampaui harga hasil produksi padi saat dijual terserang, maka sebaiknya tidak perlu dilakukan upaya pengendalian agar kerugian tidak semakin membebani. (Lum/yan)