Banyuwangi

1.200 Koleksi dan Ribuan Artefak Sejak Abad 13 Lengkapi Museum Baru Banyuwangi Omahseum

Diterbitkan

-

BARU: Bupati Banyuwangi di sela melakukan kegiatan. (pemkab for memontum)

Memontum Banyuwangi – Jumlah museum di Kabupaten Banyuwangi, bertambah. Adalah Omahseum yang beralamat di Jalan Widuri, No 21, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, yang menambah jumlah museum berikut koleksi yang dihadirkan. Museum ini, menghadirkan sejumlah koleksi bersejarah yang berkaitan dengan Blambangan sejak dari abad 13.

Peresmian museum ini sendiri, berlangsung sangat istimewa karena bertepatan dengan momentum peringatan Hari Museum Sedunia yang jatuh setiap 18 Mei. Museum tersebut, diinisiasi oleh seorang kolektor bernama Thomas Racharto.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, meresmikan langsung Omahseum ini dan mengapresiasi inisiatif itu. Menurutnya, hal tersebut menjadi sarana edukatif dan destinasi wisata baru.

“Saya sangat senang atas inisiatif Pak Thomas Racharto dan keluarga. Ini dedikasi yang penting untuk wahana edukasi dan wisata sejarah bagi siapa saja yang ingin mengenal Banyuwangi,” kata Bupati Ipuk, Minggu (19/05/2024) tadi.

Advertisement

Baca juga :

Bupati Ipuk menambahkan, bahwa pemerintah daerah siap untuk mengintegrasikan Omahseum dalam program-program promosi pariwisata di ujung Timur Jawa ini. Apalagi, letak Omahseum yang berada di jalur wisata menuju ke Ijen dan Desa Adat Osing Kemiren.

“Masyarakat bisa menikmati sejumlah museum. Selain di Museum Blambangan dan Museum PIGGI (Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen), juga bisa ke Omahseum,” jelas Bupati Ipuk.

Omahseum sendiri, ujarnya, merupakan inisiatif dari Thomas Racharto. Ia adalah seorang kolektor yang banyak mengoleksi benda-benda kuno sejak 1971. Setelah bergelut puluhan tahun, ia memiliki tidak kurang dari 1.200 koleksi. Ribuan artefak Blambangan kuno seperti lingga, kendi, manik-manik, kitab kuno, keris, pedang, sampai fosil-fosil tersaji di Omahseum. Salah satunya yang menarik, adalah naskah kuno Lontar Sritanjung.

Advertisement

“Ini akan diajukan oleh Perpustakaan Daeran sebagai IKON (Ingatan Kolektif Nasional) ke Perpustakaan Nasional,” ungkapnya.

Lontar Sritanjung sendiri merupakan naskah yang diyakini sebagai legenda asal usul nama Banyuwangi. Naskah ini merupakan koleksi langka dan memiliki arti penting bagi sejarah dan kepercayaan masyarakat Blambangan. (kom/gie)

Advertisement
Lewat ke baris perkakas