Pemerintahan
Situbondo Kembangkan Sorgum untuk Bahan Pangan Alternatif
Memontum Situbondo – Sorgum sebagai pangan alternatif untuk antisipasi jika adanya krisis pangan global. Untuk pengadaan dan pengembangan pangan alternatif Sorgum. Hal tersebut untuk memenuhi permintaan masyarakat akan sorgum yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis pangan ini memang masih belum dikenal oleh masyarakat luas, tapi bisa dijadikan pangan alternatif karena mempunyai gizi yang lebih tinggi dari beras.
Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto SH saat ditemui awak media dilokasi panen raya sorgum di Desa Ketowan mengatakan, bahwa sorgum itu banyak manfaatnya mulai dari bulir bisa dijadikan tepung sorgum memang ada teknisnya supaya punya kualitas sejajar dengan tepung-tepung yang lain seperti tepung terigu, mokap itu supaya punya potensi yang tinggi.
” Kami telah membagi tugas kepada teman-teman Ekober (Ekonomi kebersamaan) untuk melakukan uji coba. Kemudian batang sorgum itu bisa digunakan untuk pakan ternak sapi, kambing dan saya sudah uji coba sendiri melalui mesin coper namanya itu bisa dijadikan silase pakan ternak untuk daya tahan tahunan, ” ujarnya, Jum’at (17/7/2020).
Sambung Bupati H Dadang, jadi pakan tersebut bisa disimpan lama dan tidak berubah bentuknya kalau tidak terjadi kebocoran, maksudnya kebocoran yang disebabkan plastik pembungkusnya dimakan oleh tikus plastik, kalau itu terjadi kebocoran.
“Banyak petani tertarik, tapi masih ragu-ragu menanam sorgum karena pemasarannya khawatir mereka tidak ada,” ucapnya.
Menyikapi hal itu, kata Bupati H Dadang Wigiarto, kami memang belum mengajak masyarakat petani secara besar-besaran.
“Kami hanya mengajak kepada para petani-petani tertentu yang mempunyai ketangguhan modal dan ketangguhan mental serta yang mempunyai misi perjuangan untuk memperjuangkan orang lain, ” katanya.
Lebih lanjut, Bupati Situbondo yang sudah menjabat dua periode itu menjelaskan, bahwa batangnya bukan hanya untuk pakan saja, batangnya itu juga bisa diambil niranya, niranya bisa dijual untuk dibuat es sorgum.
” Tetapi kelebihan dari batang sorgum itu niranya bisa digunakan jadi gula merah dan setelah gula merah nanti kita tingkatkan menjadi gula semut, “jelasnya.
Ditegaskan Bupati H Dadang, tetapi kita masih belum besar-besaran, karena kalau berbicara besar-besaran cakupan perluasan tanaman sorgum ini harus ribuan hektar lahannya.
” Baru sekitar 20 hektar yang sudah ready jalan dan dari 20 hektar itu target kita menjelang akhir tahun nanti bisa ditanam jadi ribuan hektar, “tegasnya.
Bupati H Dadang Wigiarto menambahkan, kalau melihat hubungan-hubungan yang telah kita lakukan di super market kemasan 1 kilogram sorgum ada yang jual 35 ribu sampai 45 ribu per kilogram. Kalau dijual secara curat tentunya lebih murah, tapi intinya sorgum ini nilai ekonomisnya tinggi.
” Selain pemanfaatannya banyak, yaa.. bisa jadi tepung, bisa jadi gula merah dan bisa jadi es sorgum bahkan bisa jadi etanol, bahkan yang etanol sudah berhasil membuat kadar etanol 70 persen sudah berhasil dalam percobaan. Nah ini mau kita tingkatkan ke kadar etanol 90 persen, “pungkasnya.
Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto SH di dampingi Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Situbondo Hj Umi Kulsum SH hadir dalam panen raya sorgum di Desa Ketowan, Kecamatan Arjasa. Juga turut hadir Tim Ekober (Ekonomi kebersamaan) Kabupaten Situbondo, Camat Arjasa dan Kades Ketowan dan jajaran mantri dan PPL pertanian.
Serta turut hadir mendampingi Bupati Situbondo Kepala DTPHP dan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Situbondo Drh Moh Saefudin Riwansyah. Diarea lahan seluas 1,2 hektar dengan penanaman bibit sorgum jenis varietas super 1, untuk pengembangan tanaman pangan alternatif.
Sementara menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Ir Sentot Sugiyono M Si mengatakan, bahwa panen raya sorgum di desa Ketowan untuk pengadaan dan pengembangan pangan alternatif non-beras.
” Hal itu untuk memenuhi permintaan masyarakat. Maka dari itu kami mencari pangan alternatif yang mempunyai kadar gizi sama, bahkan lebih tinggi. Salah satunya sorgum, jenis pangan ini memang belum terlalu dikenal, tapi bisa dijadikan pangan alternatif karena mempunyai gizi yang lebih tinggi dari beras, ”kata Sentot Sugiyono.
Menurutnya, Kabupaten Situbondo, meskipun tidak pernah kekurangan persediaan, apalagi sampai kelangkaan beras, tetapi sebagai antisipasi kekurangan pangan harus dilakukan.
” Karena pertumbuhan manusia tidak sebanding dengan luas lahan produktif yang ada. Sehingga dikhawatirkan persediaan berkurang, “ucapnya.
Dijelaskan Sentot, maka dari itu, DTPHP terus berinovasi dengan instansi lainnya seperti, untuk mengembangkan pangan alternatif seperti sorgum.
” Tanaman pangan peringkat lima di Indonesia ini sudah dikembangkan di Kecamatan Arjasa dan berhasil panen dengan jumlah yang cukup besar, “jelasnya.
Selain itu, lanjut Sentot, kelompok tani yang berada di sekitar areal pengembangan tanaman sorgum, juga berhasil berinovasi dengan mengolah sorgum menjadi makanan konsumsi. Dan ternyata peminatnya cukup tinggi.
“ Saat ini kami terus menyosialisasikan sorgum sebagai pangan alternatif pengganti beras, tidak menutup kemungkinan produk ini bisa menjadi pangan utama, karena rasanya enak dan gizinya lebih tinggi dari beras, “tambahnya.
Kadis DTPHP Sentot Sugiyono juga menghimbau, warga tidak selalu bergantung pada pangan yang berasal dari beras, karena masih banyak alternatif pangan lain yang bisa dikonsumsi seperti singkong, jagung dan kedelai.
” Upaya pengolahan sorgum saat ini sudah bisa menghasilkan 16 jenis makanan dan komoditas pangan tersebut bisa menjadi tambahan ekonomi masyarakat, “pungkasnya.
Sekedar diketahui, cara penanaman sorgum tidak begitu rumit, kemudian tahan hama serta bisa menggunakan lahan terbatas. (her/im/yan)