Bondowoso
H Ahmad Dhafir, Santri yang Kyai, Pengusaha & Politisi yang Merakyat
Memontum Bondowoso — Salah satu program yang digagas oleh Bupati Amin Said Husni untuk mewujudkan masyarakat beriman, berdaya dan bermartabat adalah menghidupkan kegiatan keagamaan di setiap desa. Program yang biasa dilakukan adalah setiap desa menggelar solawat nariyah.
Kegiatan solawat nariyah ini sungguh berjalan sangat sukses. Hampir tiap malam, kegiatan solawat nariyah sekaligus sosialisasi program pembangunan di tingkat desa menggema setiap malam.
Para kepala desa yang getol melaksanakan kegiatan itu seringkali mengundang ketua DPRD, H. Ahmad Dhafir, S.Ap untuk memberikan ceramah keagamaan sekaligus memberikan dan menyampaikan perkembangan pembangunan di kabupaten, kecamatan dan desa.
Undangan demi undangan ke setiap desa itu menyebabkan Dafir meninggalkan sekian kegiatannya demi menghadiri undangan dari berbagai desa. Dan disela kegiatan solawatan itu, Dafir senantiasa menyerap aspirasi dan menyampaikan program pembangunan.
Dalam sambutannya, politisi PKB itu seakan menjelma seorang kyai. Ia mampu berceramah keagamaan dengan baik kayaknya seorang mubaligh. Maklum, Dafir pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Sidogiri, sehingga ia tidak canggung ketika berceramah keagamaan. Undangan demi undangan itu hampir tidak pernah Dafir tolak jika memang tidak ada acara yang lebih penting untuk ia lakukan.
“Kegiatan itu sudah berlangsung sejak sekitar 3 tahun yang lalu. Hampir tiap malam beliau menghadiri undangan dari desa dalam program solawat nariyah,” kata H. Fadil, Sekretaris Partai Demokrat Bondowoso.
Lama-lama, ceramah yang disampaikan oleh Dafir dari balai desa ke balai desa yang lain mengundang kekaguman banyak orang. Sehingga tak sedikit akhir banyak orang yang kemudian mengundang Dafir untuk mengisi ceramah agama diantarnya ketika ada haflatul imtihan, walimah, dan berbagai kegiatan lain termasuk juga sedekah desa.
Undangan untuk berceramah dalam berbagai acara itu membuat Dafir akhirnya harus pandai mengatur waktu. Ia kemudian memasang kalender di wisma DPRD. “Jika orang mau mengundang pak Dafir, mereka cukup melihat kalender, jika belum dicoret, berarti masih ada waktu untuk mengundang. Mereka kemudian mencoret tanggal yang masih kosong kemudian menyampaikan ke Dafir bahwa ia akan mengundangnya pada tanggal yang sudah mereka coret. “Pak Dafir memang simple, tidak mau ruwet dengan urusan yang harusnya mudah dilakukan,” ujar Fadil.
Selain menjadi penceramah, politisi lintas generasi itu juga seorang pengusaha mobil. Tak heran, jika pria yang suka berkaca mata hitam itu selalu mengendarai mobil mobil mewah. Sebab, dari beberapa mobil mewah yang ada di rumahnya, sebagian dari deretan itu adalah mobil dagangan. Mobil mobil dagangannya itu juga bervariasi, ada yang minibus dan juga mobil sport.
Dafir juga masih sempat melakukan transaksi jual beli mobil disela sela kesibukannya sebagai ketua DPRD dan ketua DPC PKB.
“Pak Dafir bisa membedakan dimana saatnya ia berposisi sebagai ketua DPRD dan ketika menjadi seorang pengusaha. Ia juga bisa membedakan dimana ia harus menjelma seorang politisi,” katanya. (cw1/yan)