Kota Malang

Konsep Unik dari Kafe Bohemian Kota Malang, Beli Kopi Dibayar Buku

Diterbitkan

-

Konsep Unik dari Kafe Bohemian Kota Malang, Beli Kopi Dibayar Buku

Memontum Kota Malang – Pesan atau beli kopi dibayar buku, adalah hal yang tak biasa ditemukan hampir di setiap kafe yang ada di Kota Malang, dan tentunya Indonesia. Namun, berbeda dengan Kafe Bohemian di Jalan Manggis No 2, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, yang justru melakukan hal unik tersebut.

Kafe yang berdiri sejak tahun 2016, ini memiliki konsep yang berbeda dengan kafe pada umumnya, yaitu menerapkan perpustakaan agar pengunjung dapat ngopi sambil membaca buku secara gratis. Owner Kafe Bohemian, Gita Adi Tamtama, mengungkapkan selain membaca buku, para pengunjung dapat melakukan barter antara buku dengan menu pilihan mereka di kafe tersebut.

“Untuk bukunya, bukan sembarang buku yang kita terima untuk barter. Akan ada kurasi-kurasi yang sekiranya, ketika bukunya dijadikan koleksi perpustakaan kafe kami, maka orang lain (para pengunjung) juga bisa menikmati,” ungkapnya.

Untuk koleksi buku sendiri, dirinya menjelaskan, sangat random. Selama, itu bisa memberikan ruang literasi bagi para pengunjung. “Untuk jenis bukunya bebas. Bisa buku novel, ilmu pengetahuan, bisnis, pendidikan dan lainnya, selama itu memberikan sisi positif bagi para pembaca,” jelasnya.

Advertisement

Baca juga :

Adi Tamtama juga menegaskan, tujuan awal konsep membuka kafe dengan perpustakaan, ini karena buku dianggap sebagai pelarian yang positif. “Daripada pelarian-pelarian yang lain, lebih baik membaca buku saja. Karena sumber ilmu adalah buku,” terangnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, untuk nama kafe sendiri, memakai nama Bohemian, karena diambil dari salah satu pergerakan atau suku yang ada di daerah Eropa Timur. “Yang kita ambil itu adalah filosofi Bohemian. Itu adalah pergerakan masyarakat yang ingin keluar dari hingar-bingarnya perkotaan. Tahun-tahun generasi bunga itu maraknya gerakan-gerakan yang tidak setuju dengan kapitalisme,” terangnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, usaha kafe yang dibuka selama kurang lebih 6 tahun tersebut, dikunjungi oleh para pengunjung dari berbagai kalangan. “Sebelum pandemi, rata-rata usia pengunjung yang datang itu dari usia 17 tahun hingga 40-an tahun. Namun setelah pandemi, rata-rata anak kuliahan usia 20-an tahun hingga 40-an tahun,” imbuhnya. (mg2/sit)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas