Kota Malang
Launching RBC Institute, Gelar Diskusi Pilkada Kota Malang
Memontum Kota Malang — Usai lebih dari 12 tahun mencerdaskan masyarakat, insan pengelola dan partisipan Rumah Baca Cerdas (RBC) Malang, sepakat mereinkarnasi pendirian RBC-Institute sebagai sayap baru RBC Malang untuk meluaskan kiprah dan cakupan kegiatan mencerdaskan bangsa Indonesia, Jumat (5/1/2018).
Launching RBC Institute didorong agar membangun masyarakat lebih luas, dengan menghadirkan data dan informasi serta analisis cerdas hasil penelitian, kajian, diskusi, dan kegiatan ilmiah lainnya kepada masyarakat luas, dari Malang Raya hingga dunia internasional. Reuni tersebut sekaligus sebagai momentum penggerak menjadi RBC institute, sebagai upaya pembudayaan dan pembelajaran melalui politik.
RBC Institute merupakan lembaga sosial kemasyarakatan nirlaba melalui kegiatan ilmiah yang mengkaji kebijakan-kebijakan pemerintah lokal, regional dan pusat serta menganalisis kondisi sosial kemasyarakatan pada lintas bidang keagamaan, ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan bidang kajian lain. RBC dilengkapi fasilitas membaca, mulai komik Koo Ping Ho, Buku Muhammadiyah pertama, buku tentang Bung Karno, dan lainnya, sebagai koleksi sang pendiri RBC, Prof. HA MaIik Fadjar, M.Sc, yang memiliki visi “Membangun Masyarakat Baca dan Belajar”.
“Kami juga melakukan survei berbagai bidang, terutama yang terkait permasalahan terkini yang dihadapi masyarakat. Kami akan mendorong pengelola, partisipan, pakar dan praktisi untuk bersinergi secara simultan dalam melakukan kajian-kajian intensif dan masif, sehingga melahirkan konsep riil dalam rangka memberi masukan kepada seluruh stakeholders dalam melaksanakan program-program pembangunan yang lebih baik. RBC Institute akan menjalin kerjasama dengan beberapa pihak untuk berbagai kegiatan kajian, termasuk media pers cetak dan elektronik guna mensosialisasikan hasil kajian masyarakat yang lebih luas,” jelas Dr Nazaruddin Malik, MSi, Direktur RBC Institute.
Dalam momentum Pilgub Jawa Timur 2018 dan Pileg 2019 Provinsi Jawa Timur, RBC Institute melakukan kegiatan ilmiah berupa diskusi dan survei dengan melibatkan para pakar, ilmuwan, mahasiswa, dan praktisi untuk hasil (output) yang lebih komprehensif dan independen. Salah satunya, usai launching, RBC Institute langsung menggelar diskusi dengan mengangkat tema Kota Malang Jelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.
Tampil sebagai pemateri, yaitu Hadi Santoso, (anggota DPRD kota Malang dari Fraksi PDI-P), Dr Wahyudi Winaryo MSi (Dosen FISIP UMM), dan Luthfi Jaya Kurniawan S.Sos (Direktur Instrans Publishing, pendiri MCW), yang dimoderatori Solahudin MSi MPA (Dosen jurusan Ilmu Pemerintahan UMM).
“Politik praktis bukan sekedar ajang demokrasi, namun juga melibatkan manuver-manuver politik dengan melibatkan koalisi besar, meski kadang untuk kepentingan tertentu maupun masyarakat Kota Malang. Saat ini Kota Malang membutuhkan pemimpin yang mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat. Sebagai pelaku politik, yang terpenting dalam berpolitik ialah bersih, transparan dan santun,” jelas Politisi, Hadi Susanto.
Sementara itu, Dosen FISIP UMM Dr Wahyudi Winaryo MSi, menyampaikan budaya politik Indonesia masih dipengaruhi oleh rekam jejaknya. “Ideologi partai di negara ini, tidak memiliki landasan yang pasti. Sebab, kebanyakan partai menganut ideologi tengah, tidak ekstrim kanan atau ekstrim kiri. Tidak ada ideologi yang jelas pada partai Indonesia. Semua partai berebut untuk mendapatkan label partai nasionalis. Tentunya, ini membuat masyarakat sulit memahami perbedaan partai. Trauma yang terjadi dalam sejarah pada ekstrim kanan atau kiri, membuat masyarakat selalu memenangkan partai nasionalis karena mampu memikat hati masyarakat,” jelas Wahyudi.
Wahyudi memprediksi, dalam Pilkada 2018, sosok yang diinginkan rakyat merupakan anti tesa pemimpin sebelumnya. Dirinya mencontohkan saat ini kepemimpinan Jokowi merupakan anti tesa dari kepemimpinan sebelumnya yaitu Sby. “Ini sudah budaya, kemungkinan juga akan terjadi di Kota Malang,” ungkapnya.
Pengamat politik Luthfi Jaya Kurniawan S.Sos menilai saat ini politisi partai di Kota Malang masih belum cakap dalam membangun komunikasi politik, padahal komunikasi menjadi faktor penting untuk memenangkan masyarakat. “Partai harus bisa mendesain dengan baik, demokrasi yang dianut harus benar menyampaikan aspirasi masyarakat. Untuk Pilkada 2018, head to head Abang dan Ijo mungkin akan terjadi di daerah tertentu, khususnya di wilayah yang jarang tersentuh.
“Wilayah tersebut merupakan wilayah yang sebenarnya penting karena menggerakkan ekonomi,” tukasnya. (rhd/yan)