SEKITAR KITA

Molong Kopi Sareng Bupati, Kadis Pertangan Situbondo Sebut Kopi Kayumas Adalah Kopi Organik.

Diterbitkan

-

ORGANIK: Bupati Situbondo dalam rangkaian Program Molong Kopi Sareng Bupati. (memontum.com/her)

Memontum Situbondo – Molong kopi sareng Bupati (petik kopi bareng Bupati saat panen kopi, red) menjadi agenda yang ditunggu oleh masyarakat petani kopi di perkebunan Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa Situbondo.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Kadis Pertangan) Kabupaten Situbondo, Dadang Aries Bintoro, menjelaskan bahwa Kopi Kayumas di Kecamatan Arjasa, sudah menjadi kopi organik. Tentunya, itu menjadi salah satu kelebihan kopi tersebut.

Hal itu, dikatakan oleh Dadang saat menyampaikan sambutan dalam acara Molong Kopi Sareng Bupati di lahan Kopi Arabika di Dusun/Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa, Jumat (21/06/2024) tadi. “Kopi Kayumas ini sudah menjadi kopi organik. Petani di sini sudah tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali. Sehingga, produk kopi Kayumas kita ini banyak dicari pasar nasional maupun global,” katanya.

Ditambahkan Dadang, para petani kopi Kayumas juga sudah mampu mengolah kopi hasil panen menjadi kopi siap saji dengan kemasan yang menarik. Sehingga, ini bisa meningkatkan pendapatan mereka.

Advertisement

Baca juga :

“Saat ini petani kopi Kayumas tidak hanya memproduksi kopi gelondongan. Namun, tetapi juga memproduksi kopi siap saji. Dan ini dijual ke berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya.

Dadang menjelaskan, ada beberapa wilayah yang menjadi sentra kopi di Kabupaten Situbondo. Diantaranya di Desa Kayumas dan Dusun Taman Dadar, Desa Curah Tatal, Kecamatan Arjasa, Kecamatan Sumbermalang, Kecamatan Jatibanteng, dan Kecamatan Mlandingan.

“Perlu saya sampaikan, di Situbondo ada 7 juta lebih pohon kopi, baik itu jenis arabika maupun robusta. Jutaan pohon kopi ini tumbuh subur di lahan seluas 34.492 hektare dan total produksi 8.218 ton,” urainya.

Sementara itu, salah satu petani Kopi Kayumas, Dedi menjelaskan bahwa harga Kopi Arabika basah Kayumas mengalami kenaikan. Dari yang awalnya Rp 14 ribu perkilogram menjadi Rp16 ribu perkilogram.

Advertisement

“Untuk satu hektare lahan pertanian kopi di sini, itu mampu menghasilkan 3 sampai 4 ton kopi basah atau istilahnya itu gelondongan. Musim panen sendiri, mulai bulan ini sampai empat bulan ke depan,” ujarnya. (her/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Lewat ke baris perkakas