Trenggalek
Siagakan Tangki Air di Beberapa Titik, Cara Bupati Emil Atasi Kekeringan
Memontum Trenggalek – Menghadapi musim kemarau panjang beberapa daerah di Kota Keripik Tempe dilanda kekeringan. Guna mengantisipasi meluasnya daerah terus pak kekeringan, Bupati Trenggalek Emil Elistianto Dardak akan menyiagakan truk tanki di beberapa tempat. Hal tersebut dilakukan lantaran Pemerintah Tidak ingin dianggap tidak hadir ketika warganya sedang mengalami kesusahan akibat bencana kekeringan.
Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak, Bupati Trenggalek akan merubah pola pendistribusian air di beberapa titik kekeringan. Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih ini akan menyiagakan 1 kendaraan tanki air di Watulimo, 2 di Panggul dan satu di Kota untuk melayani Kecamatan-Kecamatan yang terjangkau seperti Suruh, Tugu dan beberapa tempat yang lainnya.
“Dengan menyiagakan kendaraan di beberapa tempat, kami meyakini pendistribusian air akan lebih efisien. Idealnya bisa menambah kapasitas pengiriman, ” ucap Emil saat dikonfirmasi, Sabtu (6/10/2018). Lebih lanjut Bupati Trenggalek tersebut menegaskan, bila tidak disusun seperti itu bisa jadi sporadis. Masyarakat jadi menganggap Pemerintah tidak hadir dan masyarakat menjadi menanti-nanti datangnya distribusi air.
Diketahui Suami Arumi Bachsin ini mendapatkan informasi pengiriman air terakhir sudah seminggu yang lalu. “Saya tadi bersama Pak Wabup ngecek ada laporan di dusun Sumber Desa Prigi ternyata juga ada bencana kekeringan. Akhirnya kita mencoba memikirkan, kalau tidak ada pola bisa saja seperti ini masyarakat seminggu belum dilayani, ” imbuhnya.
Dengan seminggu belum dilayani, masyarakat bisa saja beranggapan kemana ini Pemerintahnya. Makanya tadi ia menjelaskan situasinya seperti itu kepada masyarakat. Bencana kekeringan di Trenggalek semakin meluas, kita dapat data hampir semua kecamatan kecuali Desa Cakul di Kecamatan Dongko, mengalami kekeringan 15 hingga 20 RT, sesuai dengan titik yang terlaporkan oleh Camat masing-masing daerah.
Pihaknya sudah mengestimasikan kebutuhan air tiap titik 1.000 liter per hari per RT. Namun tantangannya sekarang setelah ketemu masyarakat, ekspektasi mereka 5 rumah per hari 1.000 liter atau per rumah 200 liter per hari.
“Saya tidak bisa menyalahkan, karena memang kondisi saat ini agak sulit dan kekeringan ini meluas, saya tidak bisa memberikan kepastian bagi mereka, ” pungkas Emil. Masih terang Emil, taruhlah ia mengambil perhitungan jika 2 tandon kapasitas 1000 liter ini habis 2 hari untuk 5 rumah dan truck ini bolak balik dalam sehari 5 kali maka akan dibutuhkan 100 truck tiap harinya. Padahal dari Pemerintah Daerah armadanya cuma ada empat truck tanki air.
Penyiagaan truck tanki di beberapa tempat ini menjadi salah satu solusi untuk permasalahan ini. Selain itu solusi lain yang mungkin bisa dilakukan salah satunya pendistribusian air menggunakan tandon air yang ditaruh diatas truck, untuk menjangkau beberapa titik kekeringan yang terjangkau dan aksesnya tidak terjal.
Namun tantangannya dengan cara ini pengisiannya mungkin akan lebih lambat dibandingkan dengan mobil tanki, kecuali bila dilengkapi dengan pompa air, tandas Emil kepada awak media saat meninjau langsung pendistribusian air di Desa Prambon, Tugu. (mil/yan)