SEKITAR KITA
YGBKI Waroeng Inklusi Berikan Bimbel Untuk ABK dan Terapi Gratis
Memontum Kota Malang – Peran serta pendiri komunitas Waroeng Inklusi, Afifah Setiyani, dalam kepedulian terhadap disabilitas sudah tidak diragukan lagi.
Tak hanya mendirikan komunitas Waroeng Inklusi, dirinya juga selalu bertekad ingin menyatukan semua komunitas difabel dan disabilitas di Malang Raya.
Untuk sama-sama saling bahu membahu mensupport satu sama lain antar komunitas tanpa embel-embel kepentingan pribadi maupun kelompok.
Bahkan di rumah yang terletak di Perumahan New Puri Kartika Asri, Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang, dirinya membangun sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Griya Bakti Kyai Iskandar (YGBKI) Waroeng Inklusi.
“Yayasan ini memang saya dirikan atas dasar kemauan dan ide saya. Namun awalnya dikuati oleh Abdul Halim Iskandar, atau yang lebih dikenal dengan Gus Halim, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Karena saya dulu kader beliau, tapi saya tidak tertarik di politik karena saya mencintai dunia disabilitas,” ungkap Afifah, Sabtu (27/02).
BACA JUGA: Waroeng Inklusi Ungkap Langkah Disabilitas Hadapi Pandemi
Sekitar 2 Tahun lebih Yayasan ini berdiri, banyak program telah dilaksanakan oleh Afifah bersama ke 55 timnya.
Bahkan program penguatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) disabilitas yang dicanangkan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, sudah ia jalankan sedari lama.
“Saya sewaktu ikut musrenbang disabilitas, berbagai OPD punya program penguatan UMKM inklusi. Itu sudah lama saya lakukan, contohnya di Kampung Ramah Disabilitas. Bisa dibilang saya sudah 10 langkah lebih dulu,” jelasnya.
Terdapat 4 tema program besar yang sudah dijalankan. Antara lain Program Pendidikan dan Binaan, Program Pemberdayaan Luar, Program Pemberdayaan Perekonomian Keluarga Disabilitas, serta Program Dakwah dan Sosial.
“Masing-masing program punya sub program yang sudah kami jalankan banyak sekali. Contoh saja untuk Program Pendidikan dan Binaan kami adakan bimbingan belajar (bimbel), terapi, konseling, dan pengembangan bakat potensi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK),” tambahnya.
Wanita yang memiliki julukan Afifah si lilin ini, tak sendirian dalam mengajar binaannya yang ingin datang ke yayasan untuk belajar. Selain memiliki tim, ada beberapa mahasiswa perguruan tinggi di Kota Malang yang turut sukarela membantu mengajar anak-anak binaannya.
“Total ada 123 binaan saya, itu yang datang ke yayasan, kalau yang visit ke rumah banyak sekali. Kadang ada beberapa orang tua yang minta dibantu konseling tentang anaknya yang berkebutuhan khusus, saya suruh ikut sekalian terlibat dalam terapi. Jadi ada peran orang tua di dalamnya, karena tidak bisa dipungkiri, lingkunganlah yang dapat membantu ABK berkembang,” pungkasnya.
Berbagai jenis terapi mampu dilakukannya, seperti terapi wicara, kognitif, regulasi emosi, fisioterapi, dan masih banyak lagi. Ilmu itu didapat Afifah ketika bekerja kepada salah satu dokter anak di Kota Malang.
“Saya pernah kerja di dr. Harriadi, lalu saya dikuliahkan di Unesa jurusan Pendidikan Luar Biasa. Tak hanya itu, saya sempat juga dititipkan di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Karang Menjangan, disitu saya banyak cari ilmu tentang disabilitas,” jelasnya.
Dedikasi dan kecintaannya terhadap dunia disabilitas memang tidak main-main, wanita yang keseharian juga menjual sambel pecel ini bahkan sering menolak jika ada keluarga binaan yang membayar jasanya.
“Disini saya berikan pelayanan gratis untuk binaan, entah itu terapi atau bimbel. Jika ada yang membayar, saya tolak. Saya hanya menerima donasi yang saya kembalikan lagi untuk teman-teman difabel,” pungkasnya. (cw1/ed2)