Pemerintahan

Mening Deh di Kecamatan Watulimo, Bupati Arifin Ingatkan Pemdes Agar Tidak Manfaatkan Data Kemiskinan

Diterbitkan

-

MAKARYO: Bupati Arifin saat Makaryo Ning Deso Desa Hebat di Kecamatan Watulimo. (memontum.com/mil)

Memontum Trenggalek – Pendekatan layanan masyarakat melalui program kerja Makaryo Ning Deso Desa Hebat (Mening Deh), dirasa cukup efisien dan memudahkan masyarakat di Kota Keripik Tempe. Dalam kegiatan yang rutin digelar setiap Rabu itu, Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, berpesan apabila ada permintaan data kemiskinan, Pemerintah Desa (Pemdes) diminta untuk tidak berlomba-lomba memasukkan data semua warganya.

Karena, kebiasaan memasukkan semua warga dalam data kemiskinan, maka akan berhubungan erat dengan intervensi pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan. “Jadi, mana yang riil masyarakat miskin dan yang sepantasnya dimasukkan. Apalagi, penanganan kemiskinan ini perlu mempertimbangkan skala prioritas. Mana-mana yang perlu diprioritaskan untuk didahulukan,” kata Bupati Arifin, saat Makaryo Ning Deso Desa Hebat di Kecamatan Watulimo, Rabu (07/06/2023) siang.

Dirinya mengingatkan, bahwa di Trenggalek ada sebuah gerakan yang dinamakan Gerakan Tengok Bawah Kemiskinan dan Kerentanan (Gertak), yang diinisiasi pertama kali olehnya. Saat itu, dirinya masih menjabat sebagai Wakil Bupati. Dimana, gerakan itu berguna untuk menyadarkan masyarakat di Trenggalek, agar mau menengok sekitar.

“Artinya, jika mendapatkan bantuan dari pemerintah, diharapkan mau menengok ke sekitarnya. Apakah memang layak mendapatkan bantuan, atau masih ada saudara atau tetangga yang mungkin lebih layak untuk mendapatkan bantuan tersebut,” jelasnya.

Advertisement

Dari data, paparnya, tentunya diharapkan bisa mendapatkan bantuan. Padahal, kemampuan atau jumlah bantuannya terbatas. Apalagi, pemerintah pusat dan Kabupaten Trenggalek menargetkan pengentasan kemiskinan ekstrem 0 persen di tahun 2024.

“Maka, saya minta tolong semua kalau dimintai data kemiskinan, itu yang benar riil miskin. Ditanya benar-benar yang miskin, jangan berlomba-lomba mendaftarkan semua. Karena ada pikiran kalau didaftar miskin, itu pasti dapat bantuan,” ujar Mas Ipin-sapaan akrabnya.

Baca juga :

Lebih lanjut suami Novita Hardiny ini menambahkan, kenapa di Trenggalek itu ada gerakan namanya Gertak. Jadi, yang merasa miskin mau melihat disekitarnya. Katakanlah ada 10 bantuan dan kemudian orang itu masuk daftar orang ke 15.

“Kita minta kesadarannya melihat disekitar kita, apakah ada yang jauh lebih miskin dari kita dan mereka belum dapat bantuan. Karena, merekalah yang sepatutnya lebih pantas mendapatkan bantuan itu,” imbuhnya.

Advertisement

Kemiskinan ekstrem di Trenggalek tahun 2024 mendatang, diminta Bupati Trenggalek bisa nol persen. Sedangkan dari data kemiskinan, itu pastinya 40 persennya orang-orang yang sudah tidak produktif.

“Intervensinya, bagaimana caranya kita menanggung hajat hidup yang paling dasar dari orang ini sehingga mereka bisa melanjutkan kehidupannya lebih baik,” ujar Bupati Arifin.

Pihaknya juga meminta kepada OPD teknis, untuk serius mengawal ini. Karena, kadang masyarakat ketika ditanya apakah sudah mendapatkan bantuan, maka mereka mengatakan belum. Karena kadang-kadang, bantuan itu datang tidak bersamaan dengan survei.

Kalau seperti itu, berapapun anggaran yang dikeluarkan Pemerintah Daerah, pasti tidak terpantau di Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai program pemerintah yang kemudian bisa mencukupi kebutuhan mereka (masyarakat, red).

Advertisement

“Bila perlu, penerima bantuan maupun penerima program pemerintah seperti pelatihan wirausaha perempuan hebat women’s entrepreneur, program pelatihan pertanian dan yang lainnya, diberikan tulisan dirumahnya. Bila penerima program itu masih terdata miskin, kita perlu mengevaluasi lagi apakah ada yang salah dengan program yang kita berikan,” paparnya. (mil/sit)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas