Sidoarjo

Uri-Uri Pertahankan Tradisi, Warga Telocor Larung Saji

Diterbitkan

-

Uri-Uri Pertahankan Tradisi, Warga Telocor Larung Saji

Memontum Sidoarjo – Ratusan warga Dusun Telocor, Desa Kedungpandan,Kecamatan Jabon. Berbondong-bondong mendatangi dan memadati dermaga kini menjadi aikon Wisata Bahari Jabon. Kedatangan mereka ini,Kamis (27/09) siang tidak hanya sekadar menikmati wisata. Melainkan larung saji sebagai tradisi,dengan mengarak puluhan tumpeng,hasil bumi yang digelar secara rutin setiap tahun.

Menurut H.Kasum tokoh masyarakat mengatakan,kegiatan larung saji pada Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H,wujud bentuk kepedulian warga rasa puji syukur kehadirat Alloh SWT.Atas rezeki yang mana telah diberikanNya, sekaligus menghormati,mengenang jasa para leluhur,ucapnya

H.Kasum tokoh masyarakat Dusun Tlocor (kiri) , melepas rombongan pawai budaya dalam rangka larrung saji (gus)

H.Kasum tokoh masyarakat Dusun Tlocor (kiri) , melepas rombongan pawai budaya dalam rangka larrung saji (gus)

Dikarenakan larung saji,adalah salah satu juga tradisi peninggalan nenek moyang terdahulu. Pada intinya, tidak lain mendapatkan berkah Alloh SWT.Kegiatan setiap tahun ini,semuanya diberikan keselamatan dalam masa pekerjanya,petani dan tambak agar dapat memenui targetnya di masa panen.Sebab penduduknya mayoritas,berpenghasilan dari tambak,maupun laut ungkap,H.Kasum

Kepala Dusun Tlocor, Desa Kedungapandan, Baidowi menjelaskan, Kegiatan larung saji atau sedekah bumi ini sudah berjalan ke lima kalinya.Alhamdulillah larung saji ini,cukup meriah dan semarak dari pada tahun-tahun sebelumnya. Kami sengaja pusatkan larung saji di dermaga wisata bahari,menurut sesepuh adalah tempat danyangnya,jelasnya

H. Kasum tokoh masyarakat Dusun Tlocor, melihat prosesi larung saji di dermaga wisata bahari (gus)

H. Kasum tokoh masyarakat Dusun Tlocor, melihat prosesi larung saji di dermaga wisata bahari (gus)

Terpisah,pasrah sesaji,Kanjeng Raden Aryo Tumenggung M.Nur Kholid Baswara Pudjanegara (Kraton Surakarta) mengungkapkan,sejaji yang diberikan itu,semuanya mengandung makna dan arti.Tradisi ini sebenarnya, sudah dilakukan pada eyang-eyang di setiap 1 Muharram.Memang saat itu hilang,dan kita sebagai cucu atau generasi untuk menghidupkan kembal bersifat menguri-uri.Sedangkan danyangan ada dua,yakni satu babat alas (berupa manusia),dan kedua Danyang (tempat sakral), tandasnya.(gus/yan)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas