Surabaya
Bersama Minimalisir Paparan Paham Radikalisme
Terus Gus Dur menanggapi dengan santai dengan mengatakan, “ya biarin toh gak hormat saja dibikin repot. Tidak apa-apa itu pilihan, tapi bilang kepada mereja jangan tinggal di Indonesia,” ungkapnya menirukan peryataan Gus Dur.
Jadi ia menegaskan, bahwa siapapun yang tidak menyepakati hasil kesepakatan bersama oleh pendiri bangsa, ia pun mempersilahkan untuk angkat koper dari Indonesia. “Ibarat kecilnya, kita bikin forum terus semua sudah sepakat, tapi salah satu pihak yang bikin onar. Terus apa yang terjadi? Ya diusir!,” tegasnya.
Ketua DPP PKB Jatim ini melihat, istilah kriminalisasi ulama adalah kiasan politik untuk menyerang dan mencari pembenar, bahwa seorang ulama boleh berkata kasar dan boleh menghujat.
“Kalau saya kan endak. Kalau ulama sudah berkata kasar dan menghujat, yaitu bukan ulama namanya. Jangan kemudian labil ulama ini dinistakan. Sudah kata-katanya kasar akhlaknya jelek kok masih dianggap ulama. Itu sama saja menistkan lebel ulama. Karena menurut saya ulama tidak seperti itu,” urainya.
Menurutnya, itu cara pandang dan berfikir hang tidak sejalan dengan budaya Indonesia. Situasi-situasi seperti ini harunya tidak usah panjang lebar diskusi. Karena kaum radikal tersebut ialah sebagai pendatang yang membawa pemikiran dari luar dan di bawa ke Indonesia.
Halim mengatakan, jika bangsa Indonesia dibangun dari pondasi budaya yang luar biasa. Karena menurutnya, penyebaran di Indonesia tidak menggunakan kekerasan.