Surabaya
Bersama Minimalisir Paparan Paham Radikalisme
“Semua berbudaya dan tetap mengahargai budaya bangsa Indonesia. Kalaupun ada pikiran-pikiran baru yang tidak menghargai kebhinnekaan, peradaban budaya Indonesia, maka menurut saya tidak ada lagi diskusi disitu. Yang ada adalah pilihan, karena hidup adalah pilihan,” ucapnya.
Sedangkan Bambang Sidarmanto, Staff Ahli Pangdam V Brawijaya menjelaskan
Radikalisme itu suatu paham statis serta gagasan atau ide yang mengarah pada suatu tindakan untuk menjungkir balikan.
“Kita mengadakan suatu kegiatan penyuluhan sekolah kebangsaan, ketahanan nasional, sesuai permintaan dari keinginan pihak lembaga,” imbuh Bambang.
Bambang berharap agar generasi penerus bangsa tidak mudah dimasuki paham-paham radikal. Karena pemahaman tersebut sangat merugikan bagi diri sendiri dan merusak kesatuan dan kedaulatan negara. Maka dari itu TNI, selaku penjaga keamanan teritori Indonesia, selalu terus berusaha melakulan pembinaan, menjaga kedaulata, keutuhan dan melindungi Keselamatan Indonesia.
“Jadi kita memaksimalkan, bersama-sama membaur menciptakan agar nyaman tidak ada kerusuhan. kalau dari bawah sudah bagus ke atasnya juga pasti akan bagus. Kita tetap melakukan kegiatan deteksi dini, cegah dini. Dari kita sendiri sudah mewaspadai juga semua terlahir dari diri masing-masing bagaimana kita membawa diri kita,” tutur Kolonel TNI AD ini.
Sementara itu, Kepala Badan Bakesbangpol Jatim Jonathan Yudianto berujar, perguruan tinggi itu menjadi sasaran empuk untuk digunakan salah satu agenda strategi pengembangan paham-paham radikalisme. Jadi ia mengira proses radikalisme ini begitu mewabah. Kendati demikian, jika pihaknya sudah melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah yang terindikasi paham radikal.
“Kita sudah petakan untuk seluruh Jawa Timur jadi bukan hanya soal radikalisme saja, misal rumah ibadah pertambangan pencak silat hingga HTI, itu sudah kita peta-petakan. Cuman kalau dari sisi Pemda, itu dari sisi pencegahan. Kami hanya melakuakan pencegahan terutama sosialisasi peningkatan patriotisem, peningkatan ideologi, itu yang kita lakukan,” pungkas Jonathan. (sur/ano/yan)