Kota Malang

DESFOLA, Alat Pendeteksi Bencana Alam UB, Raih Penghargaan Internasional IYIA dan IRIISE 2018

Diterbitkan

-

DESFOLA, Alat Pendeteksi Bencana Alam UB, Raih Penghargaan Internasional IYIA dan IRIISE 2018

Memomtum Kota Malang – Alat pendeteksi potensi bencana alam, khususnya kebakaran hutan dan tanah longsor, dengan berbasis android karya mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (TE FT-UB), DESFOLA (Disaster Detection System of Forest Fire and Landslide), kembali memperoleh penghargaan dari kompetisi inovasi internasional. Kali ini, tim DESFOLA berhasil memperoleh penghargaan medali emas di kompetisi The 5th International Young Inventors Awards (IYIA) 2018, yang diselenggarakan di Inna Grand Bali Beach Sanur, Bali, (19-22/9/2018).

Sebelumnya, inovasi ini berhasil memperoleh Silver Medal pada ajang International Research Innovation, Invention, and Solution Exposition (IRIISE) 2018 yang bertempat di University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, (14-16/8/2018). DESFOLA merupakan sebuah teknologi pendeteksi potensi bencana berbasis android guna mengurangi dampak akibat kebakaran hutan dan tanah longsor.

Desfola digawangi oleh Rizka Sisna Riyanti dan Bagas Priyo Hadi Wibowo, keduanya mahasiswa semester 7 TE FT-UB, dengan bimbingan dosen Eka Maulana, ST., MT., M.Eng. Penemuan ini berawal dari keprihatinan keduanya, dimana Malang sebagai kawasan dataran tinggi sering mengalami longsor saat hujan deras. Pun beberapa lokasi hutan sering mengalami kebakaran hutan saat musim kemarau.

Desfola dirancang dengan dua bagian utama, yaitu bagian sensor dan bagian server. Bagian sensor diletakkan di beberapa bagian hutan. Ada 4 sensor yang digunakan pada Desfola, yakni flame sensor, CO Gas, temperature sensor, dan moisture sensor. Secara spesifik, tiap sensor memiliki parameter kondisi tersendiri. Misal, flame sensor kondisi aman 0 cm, siaga <700 cm, dan potensi bencana tinggi <200 cm; CO Gas kondisi aman < 30 ppm, siaga 30-70 ppm, dan potensi bencana tinggi >80 ppm; Temperature Sensor kondisi aman < 35 C, siaga 35-45 C, dan potensi bencana tinggi > 45 C; Sedangkan moisture sensor, menyesuaikan kelembaban tanah dengan posisi kemiringan tanah, siaga >15 persen, potensi bencana tinggi > 40 persen. “Untuk kebakaran hutan menggunakan flame sensor, CO Gas, dan temperature sensor. Sedangkan tanah longsor menggunakan moisture sensor. Kira-kira mampu mendeteksi hingga 10 kilometer,” jelas Rizka.

Advertisement

Sementara, bagian server diletakkan di pemukiman warga yang memiliki koneksi internet. Dimana Desfola menggunakan sistem pengiriman point to point untuk memaksimalkan kinerjanya. Data yang dideteksi oleh bagian sensor akan ditampilkan di aplikasi android secara realtime. “Untuk supply power sebagai daya bagian sensor di hutan, kami menggunakan panel tenaga surya. Nantinya, saat potensi bencana meningkat, alat tersebut akan menampilkan warning. Jika tergganggu koneksi internetnya maka akan mengeluarkan buzzer (alarm), namun jika terkoneksi akan terhubung dengan android. Sehingga masyarakat bisa lebih waspada dan menanggulanginya lebih dini,” ujar Bagas.

Kompetisi IYIA 2018 diselenggarakan oleh asosiasi pemenang kompetisi penelitian atau inovasi nasional dan internasional INNOPA (Indonesian Invention and Innovation Promotion Association) ini diikuti oleh 15 Negara. Sebut saja Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Taiwan, dan lainnya. Tak kurang dari 317 inovasi dari peserta dalam dan luar negeri dipamerkan dalam kompetisi tersebut. “Kami bangga bisa mengikuti jejak kesuksesan dari senior-senior kami,” tukas Rizka.

Rencananya, dari alat yang bermodalkan Rp 800 ribu ini dengan waktu riset dan aplikasi di lapangan sekitar 2 bulan, akan dikembangkan alat serupa untuk mendeteksi gempa bumi dan tsunami melalui penelitian lebih lanjut. Tentunya dengan biaya riset dan aplikasi lebih mahal lagi. Hal ini sebagai bentuk keprihatinan dan menyikapi adanya bencana alam yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. (rhd/yan)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas