Surabaya
Forum Beda tapi Mesra, Kuatkan FKUB Surabaya
Memontum Surabaya–+Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Kota Surabaya turut aktif menjaga kebhinekaan. Menggelar seminar bertema Silahturahmi Kebangsaan Lintas Agama dan Kebangsaan, di Gedung Pondok Daud Jalan Taman Prapen Indah Blok C Surabaya menjadi salah satu cara.
Beberapa pembicara dihadirkan dalam forum tersebut. Ada Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si, Rektor Universitas Widya Kartika (UWIKA) Dr. Murpin Josua Sembiring, Ketua BAMAG Surabaya dan Jawa Timur Pdt. Dr. Sudhidarma, PAROKIN & MAKIN Bingky Irawan, Majelis Buddhayana Indonesia Dr. Haryanto Tanuwijaya, Parisadha Hindu Darma Indonesia I Wayan Surabaya, dan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia Naen Suryono.
Ketua pelaksana seminar dari BAMAG, Robert Siregar, mengatakan bahwa semua lapisan masyarakat harus berperan aktif agar jangan sampai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah dibangun runtuh hanya karena perbedaan. “Entah itu perbedaan dari segi agama, suku sampai aliran kepercayaan Islam, Konghucu, Hindu, Budha, serta Kristen,” kata Robert.
Menurutnya, tujuan dari seminar ini untuk mewujudkan sinergitas disegala bidang; pendidikan, usaha, akademik, keagamaan.
Dalam seminar tersebut juga dideklarasikan Forum Beda tapi Mesra (FBM). Seperti halnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), FBM juga merupakan organisasi lintas agama dan iman. Di dalamnya terdiri dari perwakilan-perwakilan agama di Indonesia serta aliran.
Walikota Surabaya 2002-2010, Bambang DH, mengatakan jangan sampai perbedaan memicu adu domba, saling menjelekkan yang suatu saat memicu bentrok. “Apalagi tadi (kemarin) dibuka dengan semacam pandangan umum arahan dari mantan Sekjen Kementerian Agama, Profesor Nur Syam yang menyampaikan peta persoalannya. Beliau menyampaikan arahan, bagaimana menyikapi persoalan semacam ini supaya kita tidak mudah emosi,” tambahnya.
Bambang DH juga menyampaikan seharusnya dalam menyikapi persoalan dengan dinamika yang berkembang secara arif dan bijaksana. “Semoga tidak ada curiga, kalau ada letupan atau potensi letupan, segera ketemu dan segera diselesaikan,” pesannya.
Sementara itu, Sudhidarma menyebut kunci menjaga keutuhan antarelemen bangsa yakni dengan menjunjung tinggi arti kemerdekaan. “”Hal ini untuk bisa memahami dinamika pemikiran dari elemen bangsa,” imbuhnya. (est/ano/yan)