Berita Nasional
Menko PMK Minta Tim Trauma Support Mobility Tidak Berlebihan dalam Penanganan Psikologis Tragedi Kanjuruhan
Memontum Kota Malang – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, memberikan pembekalan kepada Tim Trauma Support Mobility di Basement Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (06/10/2022) tadi.
Hal tersebut dilakukan, guna untuk memberikan pemulihan kepada para korban dalam tragedi Stadion Kanjuruhan. Pria yang akrab disapa Muhadjir ini, menyampaikan bahwa dalam proses tersebut, nantinya tim psikolog harus berhati-hati dan tidak berlebihan untuk penanganannya.
“Jadi, dalam trauma healing ini untuk perkembangan anak harus hati-hati. Jangan sampai over healing, karena itu juga akan berdampak. Konsekuensinya, ini juga tidak baik dalam perkembangan psikologisnya,” jelas Muhadjir saat memberikan pembekalan.
Selain itu, pihaknya juga berterima kasih terhadap kinerja dan respon cepat dari berbagai instansi yang terlibat dalam penanganan psikis terhadap korban tragedi. Menurutnya, dampak psikologi yang harus diterima oleh korban, lebih sulit untuk tingkat pemulihannya.
Baca juga:
- Antisipasi Keramaian Penumpang saat Pelantikan Presiden, PT KAI Commuter Perbanyak Toilet dan Kipas Kabut
- Diserang Kabar Miring, Dukungan Masyarakat untuk Abah Anton Makin Menguat
- Sekda Kota Malang Ingatkan Pentingnya Peran Arsitek Lanskap dalam Pembangunan Berkelanjutan
- Peringati Hari Jadi, Pemkab Gelar Jombang Culture Carnival yang Diikuti 40 Peserta
- DPRD Kota Malang Rencanakan Penambahan Anggaran Pemeliharaan Sekolah di Tahun 2025
“Kalau cidera fisik, bisa diukur seberapa besar dan tingkat pemulihannya seperti apa. Masalahnya, kalau cidera mental tidak seperti itu. Untuk itu, terima kasih atas respon cepat dari semua jajaran, dalam menangani tragedi yang jumlah korbannya tidak masuk akal ini,” katanya.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa setelah pembekalan tersebut dilakukan, tim Trauma Support Mobility akan segera bergerak cepat dimulai dari hari ini. “Pagi ini mereka sudah bergerak, tinggal bagaimana merapikan dan memperluas pihak-pihak yang terlibat. Kemudian jangan hanya mereka yang ditetapkan sebagai korban, tetapi mereka yang tidak korban harus ditelisik juga,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga sempat melihat secara langsung bagaimana keluarga yang tidak menonton juga mengalami trauma berat. Sehingga harapannya, selain korban, keluarga korban juga mendapatkan trauma healing.
“Jangan sampai mereka yang tidak nonton juga ada trauma psikologis. Kemarin sudah terbukti banyak sekali, anak-anaknya meninggal, orang tuanya meninggal, mereka trauma,” imbuhnya.
Sebagai informasi, untuk layanan tersebut juga disiapkan dengan jemput bola kepada korban, hingga keluarga korban. Untuk saat ini, Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (DP3A) Kabupaten Malang, juga berusaha mendata agar bisa mendeteksi siapa saja yang memerlukan trauma healing. (rsy/sit)