Kabar Desa

Wisata Kuliner Payung Kota Batu Meredup dan Perlu Sentuhan Perhatian

Diterbitkan

-

Memontum Kota Batu – Wisata Kuliner Payung yang berada di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan/Kota Batu, pernah menjadi favorit kalangan muda di tahun 90 an. Hanya saja seiring berjalan berjalannya waktu, kondisi itu sudah mulai berubah dan bahkan lebih banyak ditinggalkan.

Kondisi itulah, yang sontak menjadi perhatian. Seiring menjamurnya kafe dan tempat dengan seguhan serupa, membuat Wisata Kuliner Payung, perlu banyak sentuhan.

Ketua Wisata Kuliner Payung, Endrik Andika, menjelaskan bahwa saat ini memang Wisata Kuliner Payung membutuhkan inovasi yang menyesuaikan tren kekinian. Dengan tujuan, untuk kembali menarik pengunjung supaya lebih betah dan nyaman saat menikmati kuliner.

“Jadi, seiring banyaknya kafe, memang Wisata Kuliner Payung yang melegenda ini butuh dipermak supaya lebih menarik,” terangnya di Jalur Payung, Kota Batu, Minggu (18/06/2023) tadi.

Advertisement

Saat ini, ujarnya, banyak muncul tren warung kopi dengan konsep coffee shop. Perubahan ini, sudah pasti perlu diimbangi. Hanya saja, karena dominasi pengelola di Payung adalah warga lanjut usia, sudah barang tentu butuh inovasi lain yang lebih mengena.

Baca juga:

“Karena beberapa warga di Payung sudah sepuh (lanjut usia, red), jadi kompetensi untuk diajak inovatif sangat berat. Kebanyakan, hanya bisa pasrah sedangkan di destinasi lain berlomba membangun yang bagus-bagus,” urainya.

Belum adanya perubahan Wisata Kuliner Payung, tegas Endrik, sangat berpengaruh besar. Sehingga, bisa dikatakan saat ini peminatnya menurun drastis. “Wisatawan kemungkinan menilai di sini (payung, red) sudah ketinggalan zaman. Karena, pesaing yang terdekat dari sini berdiri destinasi kuliner atau kafe modern. Seperti warung-warung di Paralayang dan Coban Rondo,” ujarnya.

Untuk itu, tegasnya, agar bisa mengembalikan Payung menjadi ramai seperti dahulu diperlukan strategi untuk menggaet wisatawan. Yaitu, dengan merenovasi ataupun melakukan desain ulang meskipun ini membutuhkan dana yang tidak sedikit

Advertisement

“Yang jelas, Wisata Kuliner Payung butuh pembaharuan untuk menggaet wisatawan. Masalah pendanaan, kita memang tidak ada yang mendukung selama ini maupun dari segi ide. Untuk kas paguyuban memang ada, tapi cuma sedikit sekali,” jelasnya.

Lesunya perekonomian wisata Payung, pun turut dirasakan pemilik warung, Siti Mauludiarti (36). Diungkapkan, ketika masih ramai-ramainya dahulu di hari biasa, dirinya bisa meraup omzet hingga jutaan rupiah. Namun sekarang, justru menurun.

Bahkan, tambahnya, dahulu saat akhir pekan seperti sekarang ini, banyak pengunjung yang melakukan reservasi terlebih dahulu sebelum datang. Namun saat ini, perharinya mendapatkan Rp 200 ribu sangat sulit.

“Jika mengikuti zaman, Payung ini harus dibuat kesan moderen hingga tetap eksis. Karena, kalau tidak ada inovasi baru maka kondisinya sepi seperti sekarang,” tegasnya.

Advertisement

Sekedar diketahui, Wisata Kuliner Payung adalah merupakan jalan puncak yang menghubungkan akses Kota Batu dengan Kabupaten Malang dan Kediri. Keberadaan jalan ini, berada di kawasan Jalan Provinsi Jatim. (put/gie)

Advertisement
Lewat ke baris perkakas