Kota Malang

Mahfud MD Ajak Milenial Jaga Persatuan Bangsa

Diterbitkan

-

Mahfud MD, mengajak kaum milenial tidak gampang terprovokasi untuk menjaga persatuan bangsa. (rhd)

Memontum Kota Malang—-Generasi muda yang sering disebut Milenial, menjadi garda dalam pembangunan bangsa Indonesia hingga masa mendatang. Seiring cita-cita Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Dimana cita-cita ini dapat terwujud menjadi bangsa yang maju, adil dan beradab, jika memenuhi beberapa syarat.

“Indonesia Emas 2045 akan terwujud, jika ideologi bangsanya kokoh, ekonominya baik, hukum dan keadilan ditegakkan, politik yang demokratis, budaya gotong royong, serta mengedepankan persaudaraan. Setidaknya, dalam menghadapi Bonus Demografi 2030, hal itu sudah harus terwujud sebelum Indonesia berusia 100 tahun. Untuk itu, mulai dari sekarang,” ungkap Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Prof. Dr. M. Mahfud MD., S.H., S.U, saat menyampaikan paparannya dalam Dialog Kebangsaan bertemakan “Milenial Wujudkan Indonesia Emas 2045, Siapa Takut?”, di Aula GKB IV lantai 9 UMM, Selasa (9/4/2019).

Mantan Hakim Konstitusi periode 2008-2013 ini menambahkan, perlu upaya sungguh-sungguh dalam menghadapi Bonus Demografi dan mewujudkan Indonesia Emas. Jika tidak, maka isu Indonesia akan bubar 2030 akan terjadi. Sebab banyak negara besar tidak sampai berusia 100 tahun. Dicontohkannya, Uni Soviet tidak sampai usia 100 tahun. Padahal pernah berjaya luar biasa. “Pernah menjadi negara menakutkan dunia karena kehebatannya. Bubar hanya dalam kurun waktu 87 tahun,” ceritanya.

Menurutnya, ada banyak ancaman yang mengincar. Bukti nyatanya saat menjelang Pemilu 2019. Salah satunya melalui isu intoleransi dari SARA. Padahal Indonesia menjadi besar karena keberagaman dengan menjadikan persatuan dan kesatuan bangsa. “Sekali kita terpecah, maka gagal cita-cita bangsa. Kita menghormati pluralisme, tapi kita tidak sadar diadu domba. Jangan sentimen etnis, Indonesia dikuasai China, dan lainnya. Padahal sebelum isu itu, banyak keturunan tertentu yang memberikan lapangan pekerjaan, sekaligus berpartisipasi membangun Indonesia,” jelasnya.

Advertisement
Dr. Alim Markus (Presdir PT Maspion), Prof. Dr. M. Mahfud MD., S.H., S.U, Dr. Fauzan MPd (Rektor UMM), Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA (Aktifis HAM), Savic Ali (Pengamat Sosial Media), Alisah Wahid (Ketua Gusdurian), dan moderator Inayah Wahid. (rhd)

Dr. Alim Markus (Presdir PT Maspion), Prof. Dr. M. Mahfud MD., S.H., S.U, Dr. Fauzan MPd (Rektor UMM), Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA (Aktifis HAM), Savic Ali (Pengamat Sosial Media), Alisah Wahid (Ketua Gusdurian), dan moderator Inayah Wahid. (rhd)

Dari segi hukum, mantan Menteri Pertahanan Republik Indonesia ke-22 ini, berpesan untuk menegakkan hukum dan keadilan secara sungguh-sungguh. “Jika Dis-orientasi, maka muncul Dis-trust (ketidakpercayaan), Dis-obedience (pembangkangan), dan Dis-integrasi.
Jangan biarkan jual beli hukum, ketumpulan hukum, dan ketimpangan hukum. Hukum harus ditegakkan. Jangan tumpul ke atas, tajam ke bawah. Dekat penguasa tapi tidak dihukum, itu tanda-tanda hancurnya negara,” ungkap Mahfud, mengutip sejarah Sayidina Ali.

Senada, Rektor UMM Dr. M. Fauzan, MPd, mengatakan Universitas Muhammadiyah didirikan untuk bangsa Indonesia. Contohnya, Universitas Muhammadiyah Kupang dimana 70 persen mahasiswanya non muslim, Universitas Muhammadiyah Maumere 80 persen non muslim, sisanya muslim. Sementara di Jawa, karena mayoritas muslim, sisanya 10-20 non muslim. “Artinya proses edukasi untuk pendidikan Muhammadiyah untuk bangsa, bukan hanya untuk muslim. Muhammadiyah harus mengubah mindset. Sama halnya menjadikan mindset mahasiswa harus out of the box. Harus diatas rata-rata, jangan rata-rata. Cirinya tidak pernah mengeluh, mandiri, dan banyak alasan,” beber Fauzan.

Menurutnya, dalam berbangsa itu berdasarkan cinta. Karena cinta identik dengan senyuman, dan kebangsaan berasal dari embrio cinta dengan adanya interaksi pembicara dan yang diajak bicara. “Cinta kebangsaan, harus disampaikan tanpa merendahkan harkat dan martabat.
Betapa ujaran kebencian atas nama cinta dengan merendahkan yang lain, itu cinta palsu. Sebagai kaum milenial harus dilakukan dalam bentuk riil dalam mencintai bangsa dan negaranya,” tandas Fauzan.

Selain Mahfud MD dan Dr. Fauzan, pembicara lainnya Dr. Alim Markus (Presdir PT Maspion), Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA (Aktifis HAM), Savic Ali (Pengamat Sosial Media), dan Alisah Wahid (Ketua Gusdurian), yang dimoderatori Inayah Wahid, salah satu putri Gus Dur. (adn/yan)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas