Kota Malang

Kembangkan Bibit Baru Untuk Stabilkan Produksi Bawang

Diterbitkan

-

Batu, memontum – Tidak stabilnya harga komoditi bawang merah membuat Direktorat Jendral (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Kelompok Kajian dan Pengembangan UMKM (K2PU) FIA Universitas Brawijaya.

Tujuan pertemuan ini untuk memberikan kebijakan peningkatan produksi dan menjamin stabilitas harga bawang merah.

Sesuai rencana Dirjen Hortikultura Spudnik Sudjono, pengembangkan pembibitan bawang merah menggunakan biji untuk menyejahterakan petani. Artinya, petani bisa untung lebih maksimal meskipun nanti masa tanam lebih lama. Bagaimanapun, bawang merah adalah komoditi penting yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Saat ini pembibitan dengan umbi, namun nantinya program tersebut mengharuskan petani menggunakan biji. Perbedaannya masa tanam berbeda sampau 1,5 bulan menuju panen.

Advertisement

” Kelemahannya kalau pakai pembibitan ini butuh waktu 1,5 bulan. Kalau umbi selama 2 bulan, jadi dari tanam sampai panen membutuhkan waktu 3,5 bulan,” ungkap Spudnik di Hotel Grand Orchid, Kamis (2/11/2017).

Banyak kelebihan dari pembibitan biji, hasilnya pun lebih maksimal dan bagus. Penanaman biji tidak membutuhkan banyak pupuk kimia sehingga bisa menekan angka pengeluaran.

Spudnik mencontohkan, misalnya untuk penanaman satu hektar bawang merah membutuhkan biaya Rp 12 juta. Totalnya jika ditambah dengan pupuk bisa menghabiskan sampai Rp 20 juta.

“Kalau pakai umbi bisa lebih dari Rp 20 juta perhektarnya, lebih mahalkan,” imbuhnya.

Advertisement

Menurut Spudnik, sebelumnya yakni tahun 2014- 2015 Indonesia impor bawang merah hingga 75 ribu ton.

Untungnya sampai saat ini sudah tidak perlu mengimpor lagi. Bahkan sudah melakukan ekspor ke Thailand, Singapura, Malaysia dan Taiwan.

“Hal tersebut dilakukan agar harga bawang merah ini terus stabil,” tambahnya.

Kenapa kita mengeksport keluar negeri, masih kata Spudnik, itu adalah upaya pemerintah menanggulangi over hasil panen yang bisa menekan harga bawang murah karena terlalu banyak stok.

Advertisement

Jadi, pihaknya bekerjasama dengan pihak ketiga dan Pemerintah Indonesia menjual bawang ke beberapa negara tetangga.

“Kami tidak diam, ini upaya kami menstabilkan harga bawang merah” paparnya.

Dengan menggandeng industri makanan dan UMKM, diharapkan bawang merah bisa maksimal dalam pemasaran produk supaya petani sejahtera.

“Kami sudah panggil perusahan besar dan UMKM wajib membeli hasil petani bekerjasama dengan K2PU Universitas Brawijaya,” imbuhnya.

Advertisement

Ketua K2PU FIA UB Dr, Kusdi Raharjo, DEA menjelaskan bahwa K2PU adalah lembaga penelitian yang didanai oleh Dikti memfokuskan langsung pada komoditi bawang merah.

Hasil penelitian ini, jelas Kusdi, disosialisasikan langsung kepada seluruh pelaku dilapangan seperti distirbutor, pedagang, petani dll.

“Kami hanya narasumber untuk memaparkan hasil penelitian,” ungkapnya.

Petani saat ini masih memikirkan kuantitas segi berat tidak memikirkan segi kwalitas. Akibatnya banyak hasil panen yang kisarannya tidak sampai 2,5 cm ketentuan kwalitas import.

Advertisement

” Itu jadi kendala yang kami sampaikan kepetani, harus bisa memenuhi stndart eksport,” terang Kusdi.

Dirinya berharap dari penelitian tersebut bisa berguna untuk menstabilkan harga bawang dipasaran demi kesejahteraan petani. Melibatkan banyak element bersama menjaga produksi dan permintaan pasar serta memaksimalkan pemasaran dengan kajian K2PU. (cw2/jun)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas