KREATIF MASYARAKAT
Manfaatkan Lahan Kosong, Tanaman Strawberry bisa jadi Pilihan
Memontum Probolinggo – Umumnya, masyarakat menanam strawberry di dataran tinggi seperti di pegunungan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi warga Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Fathur. Berbekal lahan kosong miliknya, pria ini malah nekad mengembangkan tanaman strawberry di dataran rendah.
Berprinsip semua tanaman strawberry akan tumbuh dan berbuah meski tidak maksimal, Fathur yakin dengan kesibukan bercocok tanamnya. Alhasil, meski finalnya tidak selebat dan sebagus jika ditanam di kawasan pegunungan, namun dirinya tetap puas.
Baca Juga:
- 17 Kades di Krejengan Probolinggo Pimpin Perangkat Desa Ikuti Lomba Baris Berbaris
- Pj Wali Kota Probolinggo Meriahkan Gelaran Event Cokro Fair 2024
- HUT dan UMKM, Dekranasda Probolinggo Gelar Gebyar Merah Putih Fashion Show Batik, Bordir dan Payet
“Mulanya saya iseng memanfaatkan lahan kosong dengan menanam beberapa pohon strawberry. Saat itu, ada lima tanaman yang sudah ada di polybag. Karena memang awalnya saya mempunyai hobi bercocok tanam untuk mengisi waktu luang, maka itu saya lakukan,” kata Fathur, Minggu (18/07) tadi.
Dari berkali-kali bertanam strawberry, dirinya mengaku, mendapatkan pengetahuan mengenai cara perawatan tanaman tersebut. Dirinya pun, berhasil mengembangkan strawberry hingga mencapai 500 pohon.
Ditanya soal pangsa pasar, Fathur mengaku, tidak perlu khawatir. Karena, buah strawberry banyak digemari masyarakat. Apalagi, dengan kandungan manfaat yang ada di buah tersebut. Sehingga, dengan didukung media sosial yang bisa dimaksimalkan, maka menjadi salah satu alternatif untuk dijadikan sarana bisnis online bagi usahanya.
“Tetap optimis walaupun di tengah pandemi Covid-19 hingga saat ini,” terangnya.
Sementara itu, sang istri, Handini, menambahkan dirinya sangat mendukung bisnis suami yang saat ini tengah dikembangkan, meskipun awalnya saya kurang mendukung.
“Dulu itu saya lebih cenderung fokus saja terhadap bisnis jual tanaman seledri dan lainnya di Pasar Minggu di Alun-Alun. Namun, karena suami tetap ngotot, ya akhirnya saya mendukungnya. Apalagi saat ini saya sendiri mengelola kelompok PKK di sini. Mungkin ini bisa menjadi langkah konkret menuju wanita maju,” ucap Handini. (geo/ed2)